1. BOROBUDUR
Borobudur adalah nama sebuah candi Buddha yang terletak di Borobudur,
Magelang, Jawa Tengah, Indonesia. Lokasi
candi adalah kurang lebih 100 km di sebelah barat daya Semarang, 86 km di
sebelah barat Surakarta, dan 40 km di sebelah barat laut Yogyakarta. Candi berbentuk stupa ini didirikan oleh para
penganut agama Buddha Mahayana sekitar tahun 800-an Masehi pada masa
pemerintahan wangsa Syailendra. Monumen
ini terdiri atas enam teras berbentuk bujur sangkar yang diatasnya terdapat
tiga pelataran melingkar, pada dindingnya dihiasi dengan 2.672 panel relief dan
aslinya terdapat 504 arca Buddha. Stupa
utama terbesar teletak di tengah sekaligus memahkotai bangunan ini, dikelilingi
oleh tiga barisan melingkar 72 stupa berlubang yang didalamnya terdapat arca
buddha tengah duduk bersila dalam posisi teratai sempurna dengan mudra (sikap
tangan) Dharmachakra mudra (memutar roda dharma).
Borobudur adalah nama sebuah candi Buddha yang terletak di Borobudur, Magelang, Jawa Tengah, Indonesia. Lokasi candi adalah kurang lebih 100 km di sebelah barat daya Semarang, 86 km di sebelah barat Surakarta, dan 40 km di sebelah barat laut Yogyakarta. Candi berbentuk stupa ini didirikan oleh para penganut agama Buddha Mahayana sekitar tahun 800-an Masehi pada masa pemerintahan wangsa Syailendra. Monumen ini terdiri atas enam teras berbentuk bujur sangkar yang diatasnya terdapat tiga pelataran melingkar, pada dindingnya dihiasi dengan 2.672 panel relief dan aslinya terdapat 504 arca Buddha. Stupa utama terbesar teletak di tengah sekaligus memahkotai bangunan ini, dikelilingi oleh tiga barisan melingkar 72 stupa berlubang yang didalamnya terdapat arca buddha tengah duduk bersila dalam posisi teratai sempurna dengan mudra (sikap tangan) Dharmachakra mudra (memutar roda dharma).
Monumen ini merupakan model alam semesta dan dibangun sebagai tempat suci untuk memuliakan Buddha sekaligus berfungsi sebagai tempat ziarah untuk menuntun umat manusia beralih dari alam nafsu duniawi menuju pencerahan dan kebijaksanaan sesuai ajaran Buddha. Para peziarah masuk melalui sisi timur memulai ritual di dasar candi dengan berjalan melingkari bangunan suci ini searah jarum jam, sambil terus naik ke undakan berikutnya melalui tiga tingkatan ranah dalam kosmologi Buddha. Ketiga tingkatan itu adalah Kāmadhātu (ranah hawa nafsu), Rupadhatu (ranah berwujud), dan Arupadhatu (ranah tak berwujud). Dalam perjalanannya ini peziarah berjalan melalui serangkaian lorong dan tangga dengan menyaksikan tak kurang dari 1.460 panel relief indah yang terukir pada dinding dan pagar langkan.
Menurut bukti-bukti sejarah, Borobudur ditinggalkan pada abad ke-14 seiring melemahnya pengaruh kerajaan Hindu dan Buddha di Jawa serta mulai masuknya pengaruh Islam. Dunia mulai menyadari keberadaan bangunan ini sejak ditemukan 1814 oleh Sir Thomas Stamford Raffles, yang saat itu menjabat sebagai Gubernur Jenderal Inggris atas Jawa. Sejak saat itu Borobudur telah mengalami serangkaian upaya penyelamatan dan pemugaran. Proyek pemugaran terbesar digelar pada kurun 1975 hingga 1982 atas upaya Pemerintah Republik Indonesia dan UNESCO, kemudian situs bersejarah ini masuk dalam daftar Situs Warisan Dunia.
Borobudur kini masih digunakan sebagai tempat ziarah keagamaan; tiap tahun umat Buddha yang datang dari seluruh
Indonesia dan mancanegara berkumpul di Borobudur untuk memperingati Trisuci
Waisak. Dalam dunia pariwisata,
Borobudur adalah obyek wisata tunggal di Indonesia yang paling banyak
dikunjungi wisatawan.
NAMA BOROBUDUR
Dalam Bahasa Indonesia, bangunan keagamaan purbakala disebut candi; istilah
candi juga digunakan secara lebih luas untuk merujuk kepada semua bangunan
purbakala yang berasal dari masa Hindu-Buddha di Nusantara, misalnya gerbang,
gapura, dan petirtaan (kolam dan pancuran pemandian). Asal mula nama Borobudur
tidak jelas, meskipun memang nama asli dari kebanyakan candi di Indonesia tidak
diketahui. Nama Borobudur pertama kali
ditulis dalam buku "Sejarah Pulau Jawa" karya Sir Thomas
Raffles. Raffles menulis mengenai
monumen bernama borobudur, akan tetapi tidak ada dokumen yang lebih tua yang
menyebutkan nama yang sama persis. Satu-satunya naskah Jawa kuno yang memberi
petunjuk mengenai adanya bangunan suci Buddha yang mungkin merujuk kepada
Borobudur adalah Nagarakretagama, yang ditulis oleh Mpu Prapanca pada 1365.
Nama Bore-Budur, yang kemudian ditulis BoroBudur, kemungkinan ditulis
Raffles dalam tata bahasa Inggris untuk menyebut desa terdekat dengan candi itu
yaitu desa Bore (Boro); kebanyakan candi memang seringkali dinamai berdasarkan
desa tempat candi itu berdiri. Raffles
juga menduga bahwa istilah 'Budur' mungkin berkaitan dengan istilah Buda dalam
bahasa Jawa yang berarti "purba"– maka bermakna, "Boro
purba". Akan tetapi arkeolog lain
beranggapan bahwa nama Budur berasal dari istilah bhudhara yang berarti gunung.
Banyak teori yang berusaha menjelaskan nama candi ini. Salah satunya menyatakan bahwa nama ini
kemungkinan berasal dari kata Sambharabhudhara, yaitu artinya
"gunung" (bhudara) di mana di lereng-lerengnya terletak teras-teras. Selain itu terdapat beberapa etimologi rakyat
lainnya. Misalkan kata borobudur berasal dari ucapan "para Buddha"
yang karena pergeseran bunyi menjadi borobudur. Penjelasan lain ialah bahwa
nama ini berasal dari dua kata "bara" dan "beduhur". Kata bara konon berasal dari kata vihara,
sementara ada pula penjelasan lain di mana bara berasal dari bahasa Sanskerta
yang artinya kompleks candi atau biara dan beduhur artinya ialah
"tinggi", atau mengingatkan dalam bahasa Bali yang berarti "di
atas". Jadi maksudnya ialah sebuah
biara atau asrama yang berada di tanah tinggi.
Sejarawan J.G. de Casparis dalam disertasinya untuk mendapatkan gelar
doktor pada 1950 berpendapat bahwa Borobudur adalah tempat pemujaan. Berdasarkan prasasti Karangtengah dan Tri
Tepusan, Casparis memperkirakan pendiri Borobudur adalah raja Mataram dari
wangsa Syailendra bernama Samaratungga, yang melakukan pembangunan sekitar
tahun 824 M. Bangunan raksasa itu baru
dapat diselesaikan pada masa putrinya, Ratu Pramudawardhani. Pembangunan Borobudur diperkirakan memakan
waktu setengah abad. Dalam prasasti
Karangtengah pula disebutkan mengenai penganugerahan tanah sima (tanah bebas
pajak) oleh Çrī Kahulunan (Pramudawardhani) untuk memelihara Kamūlān yang
disebut Bhūmisambhāra. Istilah Kamūlān
sendiri berasal dari kata mula yang berarti tempat asal muasal, bangunan suci
untuk memuliakan leluhur, kemungkinan leluhur dari wangsa Sailendra. Casparis memperkirakan bahwa Bhūmi Sambhāra
Bhudhāra dalam bahasa Sanskerta yang berarti "Bukit himpunan kebajikan
sepuluh tingkatan boddhisattwa", adalah nama asli Borobudur.
LINGKUNGAN SEKITAR
Terletak sekitar 40 kilometer (25 mil)
barat laut dari Kota Yogyakarta, Borobudur terletak di atas bukit pada dataran
yang dikeliling dua pasang gunung kembar; Gunung Sundoro-Sumbing di sebelah
barat laut dan Merbabu-Merapi di sebelah timur laut, di sebelah utaranya
terdapat bukit Tidar, lebih dekat di sebelah selatan terdapat jajaran
perbukitan Menoreh, serta candi ini terletak dekat pertemuan dua sungai yaitu
Sungai Progo dan Sungai Elo di sebelah timur. Menurut legenda Jawa, daerah yang dikenal
sebagai dataran Kedu adalah tempat yang dianggap suci dalam kepercayaan Jawa
dan disanjung sebagai 'Taman pulau Jawa' karena keindahan alam dan kesuburan
tanahnya.
TIGA CANDI SERAGKAI
Selain Borobudur, terdapat beberapa candi
Buddha dan Hindu di kawasan ini. Pada
masa penemuan dan pemugaran di awal abad ke-20 ditemukan candi Buddha lainnya
yaitu Candi Mendut dan Candi Pawon yang terbujur membentang dalam satu garis
lurus. Awalnya diduga hanya suatu
kebetulan, akan tetapi berdasarkan dongeng penduduk setempat, dulu terdapat
jalan berlapis batu yang dipagari pagar langkan di kedua sisinya yang
menghubungkan ketiga candi ini. Tidak
ditemukan bukti fisik adanya jalan raya beralas batu dan berpagar dan mungkin
ini hanya dongeng belaka, akan tetapi para pakar menduga memang ada kesatuan
perlambang dari ketiga candi ini. Ketiga
candi ini (Borobudur-Pawon-Mendut) memiliki kemiripan langgam arsitektur dan
ragam hiasnya dan memang berasal dari periode yang sama yang memperkuat dugaan
adanya keterkaitan ritual antar ketiga candi ini. Keterkaitan suci pasti ada,
akan tetapi bagaimanakah proses ritual keagamaan ziarah dilakukan, belum diketahui
secara pasti.
Selain candi Mendut dan Pawon, di sekitar
Borobudur juga ditemukan beberapa peninggalan purbakala lainnya, diantaranya
berbagai temuan tembikar seperti periuk dan kendi yang menunjukkan bahwa di
sekitar Borobudur dulu terdapat beberapa wilayah hunian. Temuan-temuan purbakala di sekitar Borobudur
kini disimpan di Museum Karmawibhangga Borobudur, yang terletak di sebelah
utara candi bersebelahan dengan Museum Samudra Raksa. Tidak seberapa jauh di sebelah utara Candi
Pawon ditemukan reruntuhan bekas candi Hindu yang disebut Candi Banon. Pada candi ini ditemukan beberapa arca
dewa-dewa utama Hindu dalam keadaan cukup baik yaitu Shiwa, Wishnu, Brahma,
serta Ganesha. Akan tetapi batu asli
Candi Banon amat sedikit ditemukan sehingga tidak mungkin dilakukan
rekonstruksi. Pada saat penemuannya
arca-arca Banon diangkut ke Batavia (kini Jakarta) dan kini disimpan di Museum
Nasional Indonesia.
DANAU PURBA
Tidak seperti candi lainnya yang dibangun
di atas tanah datar, Borobudur dibangun di atas bukit dengan ketinggian 265 m
(870 kaki) dari permukaan laut dan 15 m (49 kaki) di atas dasar danau purba
yang telah mengering. Keberadaan danau
purba ini menjadi bahan perdebatan yang hangat di kalangan arkeolog pada abad
ke-20; dan menimbulkan dugaan bahwa
Borobudur dibangun di tepi atau bahkan di tengah danau. Pada 1931, seorang seniman dan pakar
arsitektur Hindu Buddha, W.O.J. Nieuwenkamp, mengajukan teori bahwa Dataran
Kedu dulunya adalah sebuah danau, dan Borobudur dibangun melambangkan bunga
teratai yang mengapung di atas permukaan danau. Bunga teratai baik dalam bentuk padma (teratai
merah), utpala (teratai biru), ataupun kumuda (teratai putih) dapat ditemukan
dalam semua ikonografi seni keagamaan Buddha; seringkali digenggam oleh
Boddhisatwa sebagai laksana (lambang regalia), menjadi alas duduk singgasana
Buddha atau sebagai lapik stupa. Bentuk
arsitektur Borobudur sendiri menyerupai bunga teratai, dan postur Budha di
Borobudur melambangkan Sutra Teratai yang kebanyakan ditemui dalam naskah
keagamaan Buddha mahzab Mahayana (aliran Buddha yang kemudian menyebar ke Asia
Timur). Tiga pelataran melingkar di
puncak Borobudur juga diduga melambangkan kelopak bunga teratai. Akan tetapi teori Nieuwenkamp yang terdengar
luar biasa dan fantastis ini banyak menuai bantahan dari para arkeolog; pada
daratan di sekitar monumen ini telah ditemukan bukti-bukti arkeologi yang
membuktikan bahwa kawasan sekitar Borobudur pada masa pembangunan candi ini
adalah daratan kering, bukan dasar danau purba.
Sementara itu pakar geologi justru
mendukung pandangan Nieuwenkamp dengan menunjukkan bukti adanya endapan sedimen
lumpur di dekat situs ini. Sebuah
penelitian stratigrafi, sedimen dan analisis sampel serbuk sari yang dilakukan
tahun 2000 mendukung keberadaan danau purba di lingkungan sekitar Borobudur, yang memperkuat gagasan Nieuwenkamp.
Ketinggian permukaan danau purba ini naik-turun berubah-ubah dari waktu ke
waktu, dan bukti menunjukkan bahwa dasar bukit dekat Borobudur pernah kembali
terendam air dan menjadi tepian danau sekitar abad ke-13 dan ke-14. Aliran
sungai dan aktivitas vulkanik diduga memiliki andil turut merubah bentang alam
dan topografi lingkungan sekitar Borobudur termasuk danaunya. Salah satu gunung
berapi paling aktif di Indonesia adalah Gunung Merapi yang terletak cukup dekat
dengan Borobudur dan telah aktif sejak masa Pleistosen.
SEJARAH
PEMBANGUNAN
Tidak ditemukan bukti tertulis yang
menjelaskan siapakah yang membangun Borobudur dan apa kegunaannya. Waktu
pembangunannya diperkirakan berdasarkan perbandingan antara jenis aksara yang
tertulis di kaki tertutup Karmawibhangga dengan jenis aksara yang lazim
digunakan pada prasasti kerajaan abad ke-8 dan ke-9. Diperkirakan Borobudur
dibangun sekitar tahun 800 masehi. Kurun
waktu ini sesuai dengan kurun antara 760 dan 830 M, masa puncak kejayaan wangsa
Syailendra di Jawa Tengah, yang kala itu
dipengaruhi Kemaharajaan Sriwijaya. Pembangunan Borobudur diperkirakan
menghabiskan waktu 75 - 100 tahun lebih dan benar-benar dirampungkan pada masa
pemerintahan raja Samaratungga pada tahun 825.
Terdapat kesimpangsiuran fakta mengenai
apakah raja yang berkuasa di Jawa kala itu beragama Hindu atau Buddha. Wangsa
Sailendra diketahui sebagai penganut agama Buddha aliran Mahayana yang taat,
akan tetapi melalui temuan prasasti Sojomerto menunjukkan bahwa mereka mungkin awalnya
beragama Hindu Siwa. Pada kurun waktu
itulah dibangun berbagai candi Hindu dan Buddha di Dataran Kedu. Berdasarkan
Prasasti Canggal, pada tahun 732 M, raja beragama Siwa Sanjaya memerintahkan
pembangunan bangunan suci Shiwalingga yang dibangun di perbukitan Gunung Wukir,
letaknya hanya 10 km (6.2 mil) sebelah timur dari Borobudur. Candi Buddha Borobudur dibangun pada kurun
waktu yang hampir bersamaan dengan candi-candi di Dataran Prambanan, meskipun
demikian Borobudur diperkirakan sudah rampung sekitar 825 M, dua puluh lima
tahun lebih awal sebelum dimulainya pembangunan candi Siwa Prambanan sekitar
tahun 850 M.
Pembangunan candi-candi Buddha — termasuk
Borobudur — saat itu dimungkinkan karena pewaris Sanjaya, Rakai Panangkaran
memberikan izin kepada umat Buddha untuk membangun candi. Bahkan untuk
menunjukkan penghormatannya, Panangkaran menganugerahkan desa Kalasan kepada
sangha (komunitas Buddha), untuk pemeliharaan dan pembiayaan Candi Kalasan yang
dibangun untuk memuliakan Bodhisattwadewi Tara, sebagaimana disebutkan dalam
Prasasti Kalasan berangka tahun 778 Masehi. Petunjuk ini dipahami oleh para arkeolog,
bahwa pada masyarakat Jawa kuno, agama tidak pernah menjadi masalah yang dapat
menuai konflik, dengan dicontohkan raja penganut agama Hindu bisa saja
menyokong dan mendanai pembangunan candi Buddha, demikian pula sebaliknya. Akan
tetapi diduga terdapat persaingan antara dua wangsa kerajaan pada masa itu —
wangsa Syailendra yang menganut Buddha dan wangsa Sanjaya yang memuja Siwa —
yang kemudian wangsa Sanjaya memenangi pertempuran pada tahun 856 di perbukitan
Ratu Boko. Ketidakjelasan juga timbul
mengenai candi Lara Jonggrang di Prambanan, candi megah yang dipercaya dibangun
oleh sang pemenang Rakai Pikatan sebagai jawaban wangsa Sanjaya untuk menyaingi
kemegahan Borobudur milik wangsa Syailendra, akan tetapi banyak pihak percaya bahwa
terdapat suasana toleransi dan kebersamaan yang penuh kedamaian antara kedua
wangsa ini yaitu pihak Sailendra juga terlibat dalam pembangunan Candi Siwa di
Prambanan.
TAHAPAN PEMBANGUNAN BOROBUDUR
Para ahli arkeologi menduga bahwa
rancangan awal Borobudur adalah stupa tunggal yang sangat besar memahkotai
puncaknya. Diduga massa stupa raksasa
yang luar biasa besar dan berat ini membahayakan tubuh dan kaki candi sehingga
arsitek perancang Borobudur memutuskan untuk membongkar stupa raksasa ini dan
diganti menjadi tiga barisan stupa kecil dan satu stupa induk seperti sekarang.
Berikut adalah perkiraan tahapan pembangunan Borobudur:
1.
Tahap pertama:
Masa pembangunan Borobudur tidak diketahui pasti (diperkirakan kurun 750 dan 850 M). Borobudur dibangun di atas bukit alami, bagian atas bukit diratakan dan pelataran datar diperluas. Sesungguhnya Borobudur tidak seluruhnya terbuat dari batu andesit, bagian bukit tanah dipadatkan dan ditutup struktur batu sehingga menyerupai cangkang yang membungkus bukit tanah. Sisa bagian bukit ditutup struktur batu lapis demi lapis. Pada awalnya dibangun tata susun bertingkat. Sepertinya dirancang sebagai piramida berundak, tetapi kemudian diubah. Sebagai bukti ada tata susun yang dibongkar. Dibangun tiga undakan pertama yang menutup struktur asli piramida berundak.
Masa pembangunan Borobudur tidak diketahui pasti (diperkirakan kurun 750 dan 850 M). Borobudur dibangun di atas bukit alami, bagian atas bukit diratakan dan pelataran datar diperluas. Sesungguhnya Borobudur tidak seluruhnya terbuat dari batu andesit, bagian bukit tanah dipadatkan dan ditutup struktur batu sehingga menyerupai cangkang yang membungkus bukit tanah. Sisa bagian bukit ditutup struktur batu lapis demi lapis. Pada awalnya dibangun tata susun bertingkat. Sepertinya dirancang sebagai piramida berundak, tetapi kemudian diubah. Sebagai bukti ada tata susun yang dibongkar. Dibangun tiga undakan pertama yang menutup struktur asli piramida berundak.
2. Tahap kedua:
Penambahan dua undakan persegi, pagar langkan dan satu undak melingkar yang diatasnya langsung dibangun stupa tunggal yang sangat besar.
3. Tahap ketiga:
Terjadi perubahan rancang bangun, undak atas lingkaran dengan stupa tunggal induk besar dibongkar dan diganti tiga undak lingkaran. Stupa-stupa yang lebih kecil dibangun berbaris melingkar pada pelataran undak-undak ini dengan satu stupa induk yang besar di tengahnya. Karena alasan tertentu pondasi diperlebar, dibangun kaki tambahan yang membungkus kaki asli sekaligus menutup relief Karmawibhangga. Para arkeolog menduga bahwa Borobudur semula dirancang berupa stupa tunggal yang sangat besar memahkotai batur-batur teras bujur sangkar. Akan tetapi stupa besar ini terlalu berat sehingga mendorong struktur bangunan condong bergeser keluar. Patut diingat bahwa inti Borobudur hanyalah bukit tanah sehingga tekanan pada bagian atas akan disebarkan ke sisi luar bagian bawahnya sehingga Borobudur terancam longsor dan runtuh. Karena itulah diputuskan untuk membongkar stupa induk tunggal yang besar dan menggantikannya dengan teras-teras melingkar yang dihiasi deretan stupa kecil berterawang dan hanya satu stupa induk. Untuk menopang agar dinding candi tidak longsor maka ditambahkan struktur kaki tambahan yang membungkus kaki asli. Struktur ini adalah penguat dan berfungsi bagaikan ikat pinggang yang mengikat agar tubuh candi tidak ambrol dan runtuh keluar, sekaligus menyembunyikan relief Karmawibhangga pada bagian Kamadhatu.
4.
Tahap keempat:
Ada perubahan kecil seperti penyempurnaan relief, penambahan pagar langkan terluar, perubahan tangga dan pelengkung atas gawang pintu, serta pelebaran ujung kaki.
Ada perubahan kecil seperti penyempurnaan relief, penambahan pagar langkan terluar, perubahan tangga dan pelengkung atas gawang pintu, serta pelebaran ujung kaki.
BOROBUDUR DITELANTARKAN
Borobudur tersembunyi dan terlantar
selama berabad-abad terkubur di bawah lapisan tanah dan debu vulkanik yang
kemudian ditumbuhi pohon dan semak belukar sehingga Borobudur kala itu
benar-benar menyerupai bukit. Alasan sesungguhnya penyebab Borobudur
ditinggalkan hingga kini masih belum diketahui. Tidak diketahui secara pasti
sejak kapan bangunan suci ini tidak lagi menjadi pusat ziarah umat Buddha. Pada
kurun 928 dan 1006, Raja Mpu Sindok memindahkan ibu kota kerajaan Medang ke
kawasan Jawa Timur setelah serangkaian letusan gunung berapi; tidak dapat
dipastikan apakah faktor inilah yang menyebabkan Borobudur ditinggalkan, akan
tetapi beberapa sumber menduga bahwa sangat mungkin Borobudur mulai
ditinggalkan pada periode ini. Bangunan suci ini disebutkan secara samar-samar
sekitar tahun 1365, oleh Mpu Prapanca dalam naskahnya Nagarakretagama yang
ditulis pada masa kerajaan Majapahit. Ia menyebutkan adanya "Wihara di
Budur". Selain itu Soekmono (1976) juga mengajukan pendapat populer bahwa
candi ini mulai benar-benar ditinggalkan sejak penduduk sekitar beralih
keyakinan kepada Islam pada abad ke-15.
PENEMUAN KEMBALI
Setelah Perang Inggris-Belanda dalam
memperebutkan pulau Jawa, Jawa dibawah pemerintahan Britania (Inggris) pada
kurun 1811 hingga 1816. Thomas Stamford
Raffles ditunjuk sebagai Gubernur Jenderal, dan ia memiliki minat istimewa
terhadap sejarah Jawa. Ia mengumpulkan
artefak-artefak antik kesenian Jawa kuno dan membuat catatan mengenai sejarah
dan kebudayaan Jawa yang dikumpulkannya dari perjumpaannya dengan rakyat
setempat dalam perjalanannya keliling Jawa. Pada kunjungan inspeksinya di Semarang tahun
1814, ia dikabari mengenai adanya sebuah monumen besar jauh di dalam hutan
dekat desa Bumisegoro. Karena
berhalangan dan tugasnya sebagai Gubernur Jenderal, ia tidak dapat pergi
sendiri untuk mencari bangunan itu dan mengutus H.C. Cornelius, seorang insinyur
Belanda, untuk menyelidiki keberadaan bangunan besar ini. Dalam dua bulan, Cornelius beserta 200
bawahannya menebang pepohonan dan semak belukar yang tumbuh di bukit Borobudur
dan membersihkan lapisan tanah yang mengubur candi ini. Karena ancaman longsor, ia tidak dapat
menggali dan membersihkan semua lorong. Ia
melaporkan penemuannya kepada Raffles termasuk menyerahkan berbagai gambar
sketsa candi Borobudur. Meskipun
penemuan ini hanya menyebutkan beberapa kalimat, Raffles dianggap berjasa atas
penemuan kembali monumen ini, serta menarik perhatian dunia atas keberadaan monumen
yang pernah hilang ini.
Hartmann, seorang pejabat pemerintah
Hindia Belanda di Keresidenan Kedu meneruskan kerja Cornelius dan pada 1835
akhirnya seluruh bagian bangunan telah tergali dan terlihat. Minatnya terhadap Borobudur lebih bersifat
pribadi daripada tugas kerjanya. Hartmann
tidak menulis laporan atas kegiatannya; secara khusus, beredar kabar bahwa ia
telah menemukan arca buddha besar di stupa utama. Pada 1842, Hartmann menyelidiki stupa utama
meskipun apa yang ia temukan tetap menjadi misteri karena bagian dalam stupa
kosong.
Pemerintah Hindia Belanda menugaskan F.C.
Wilsen, seorang insinyur pejabat Belanda bidang teknik, ia mempelajari monumen
ini dan menggambar ratusan sketsa relief. J.F.G. Brumund juga ditunjuk untuk
melakukan penelitian lebih terperinci atas monumen ini, yang dirampungkannya
pada 1859. Pemerintah berencana
menerbitkan artikel berdasarkan penelitian Brumund yang dilengkapi sketsa-sketsa
karya Wilsen, tetapi Brumund menolak untuk bekerja sama. Pemerintah Hindia Belanda kemudian menugaskan
ilmuwan lain, C. Leemans, yang mengkompilasi monografi berdasarkan sumber dari
Brumund dan Wilsen. Pada 1873, monograf
pertama dan penelitian lebih detil atas Borobudur diterbitkan, dilanjutkan
edisi terjemahannya dalam bahasa Perancis setahun kemudian. Foto pertama monumen ini diambil pada 1873
oleh ahli engrafi Belanda, Isidore van Kinsbergen.
Penghargaan atas situs ini tumbuh
perlahan. Untuk waktu yang cukup lama
Borobudur telah menjadi sumber cenderamata dan pendapatan bagi pencuri,
penjarah candi, dan kolektor "pemburu artefak". Kepala arca Buddha
adalah bagian yang paling banyak dicuri. Karena mencuri seluruh arca buddha terlalu
berat dan besar, arca sengaja dijungkirkan dan dijatuhkan oleh pencuri agar
kepalanya terpenggal. Karena itulah kini
di Borobudur banyak ditemukan arca Buddha tanpa kepala. Kepala Buddha Borobudur
telah lama menjadi incaran kolektor benda antik dan museum-museum di seluruh
dunia. Pada 1882, kepala inspektur
artefak budaya menyarankan agar Borobudur dibongkar seluruhnya dan reliefnya
dipindahkan ke museum akibat kondisi yang tidak stabil, ketidakpastian dan pencurian
yang marak di monumen. Akibatnya,
pemerintah menunjuk Groenveldt, seorang arkeolog, untuk menggelar penyelidikan
menyeluruh atas situs dan memperhitungkan kondisi aktual kompleks ini;
laporannya menyatakan bahwa kekhawatiran ini berlebihan dan menyarankan agar
bangunan ini dibiarkan utuh dan tidak dibongkar untuk dipindahkan.
Bagian candi Borobudur dicuri sebagai
benda cinderamata, arca dan ukirannya diburu kolektor benda antik. Tindakan penjarahan situs bersejarah ini
bahkan salah satunya direstui Pemerintah Kolonial. Pada tahun 1896, Raja
Thailand, Chulalongkorn ketika mengunjungi Jawa di Hindia Belanda (kini
Indonesia) menyatakan minatnya untuk memiliki beberapa bagian dari Borobudur. Pemerintah Hindia Belanda mengizinkan dan
menghadiahkan delapan gerobak penuh arca dan bagian bangunan Borobudur. Artefak yang diboyong ke Thailand antara lain;
lima arca Buddha bersama dengan 30 batu dengan relief, dua patung singa,
beberapa batu berbentuk kala, tangga dan gerbang, dan arca penjaga dwarapala
yang pernah berdiri di Bukit Dagi — beberapa ratus meter di barat laut
Borobudur. Beberapa artefak ini, yaitu
arca singa dan dwarapala, kini dipamerkan di Museum Nasional di Bangkok.
PEMUGARAN
Borobudur kembali menarik perhatian pada
1885, ketika Yzerman, Ketua Masyarakat Arkeologi di Yogyakarta, menemukan kaki
tersembunyi. Foto-foto yang menampilkan
relief pada kaki tersembunyi dibuat pada kurun 1890–1891. Penemuan ini mendorong pemerintah Hindia
Belanda untuk mengambil langkah menjaga kelestarian monumen ini. Pada 1900, pemerintah membentuk komisi yang terdiri
atas tiga pejabat untuk meneliti monumen ini: Brandes, seorang sejarawan seni,
Theodoor van Erp, seorang insinyur yang juga anggota tentara Belanda, dan Van
de Kamer, insinyur ahli konstruksi bangunan dari Departemen Pekerjaan Umum.
Pada 1902, komisi ini mengajukan proposal
tiga langkah rencana pelestarian Borobudur kepada pemerintah. Pertama, bahaya yang mendesak harus segera
diatasi dengan mengatur kembali sudut-sudut bangunan, memindahkan batu yang
membahayakan batu lain di sebelahnya, memperkuat pagar langkan pertama, dan
memugar beberapa relung, gerbang, stupa dan stupa utama. Kedua, memagari halaman candi, memelihara dan
memperbaiki sistem drainase dengan memperbaiki lantai dan pancuran. Ketiga, semua batuan lepas dan longgar harus
dipindahkan, monumen ini dibersihkan hingga pagar langkan pertama, batu yang
rusak dipindahkan dan stupa utama dipugar. Total biaya yang diperlukan pada saat itu
ditaksir sekitar 48.800 Gulden.
Pemugaran dilakukan pada kurun 1907 dan
1911, menggunakan prinsip anastilosis dan dipimpin Theodor van Erp. Tujuh bulan
pertama dihabiskan untuk menggali tanah di sekitar monumen untuk menemukan
kepala buddha yang hilang dan panel batu. Van Erp membongkar dan membangun kembali tiga
teras melingkar dan stupa di bagian puncak. Dalam prosesnya Van Erp menemukan banyak hal
yang dapat diperbaiki; ia mengajukan proposal lain yang disetujui dengan
anggaran tambahan sebesar 34.600 gulden. Van Erp melakukan rekonstruksi lebih lanjut,
ia bahkan dengan teliti merekonstruksi chattra (payung batu susun tiga) yang
memahkotai puncak Borobudur. Pada
pandangan pertama, Borobudur telah pulih seperti pada masa kejayaannya. Akan tetapi rekonstruksi chattra hanya
menggunakan sedikit batu asli dan hanya rekaan kira-kira. Karena dianggap tidak dapat
dipertanggungjawabkan keasliannya, Van Erp membongkar sendiri bagian chattra. Kini mastaka atau kemuncak Borobudur chattra
susun tiga tersimpan di Museum Karmawibhangga Borobudur.
Akibat anggaran yang terbatas, pemugaran
ini hanya memusatkan perhatian pada membersihkan patung dan batu, Van Erp tidak
memecahkan masalah drainase dan tata air. Dalam 15 tahun, dinding galeri miring dan
relief menunjukkan retakan dan kerusakan. Van Erp menggunakan beton yang
menyebabkan terbentuknya kristal garam alkali dan kalsium hidroksida yang
menyebar ke seluruh bagian bangunan dan merusak batu candi. Hal ini menyebabkan masalah sehingga renovasi
lebih lanjut diperlukan.
Pemugaran kecil-kecilan dilakukan sejak
itu, tetapi tidak cukup untuk memberikan perlindungan yang utuh. Pada akhir 1960-an, Pemerintah Indonesia telah
mengajukan permintaan kepada masyarakat internasional untuk pemugaran
besar-besaran demi melindungi monumen ini. Pada 1973, rencana induk untuk memulihkan
Borobudur dibuat. Pemerintah Indonesia dan
UNESCO mengambil langkah untuk perbaikan menyeluruh monumen ini dalam suatu
proyek besar antara tahun 1975 dan 1982. Pondasi diperkokoh dan segenap 1.460
panel relief dibersihkan. Pemugaran ini
dilakukan dengan membongkar seluruh lima teras bujur sangkar dan memperbaiki
sistem drainase dengan menanamkan saluran air ke dalam monumen. Lapisan saringan dan kedap air ditambahkan. Proyek kolosal ini melibatkan 600 orang untuk
memulihkan monumen dan menghabiskan biaya total sebesar 6.901.243 dollar AS. Setelah
renovasi, UNESCO memasukkan Borobudur ke dalam daftar Situs Warisan Dunia pada
tahun 1991. Borobudur masuk dalam kriteria Budaya "mewakili mahakarya kretivitas manusia
yang jenius", "menampilkan
pertukaran penting dalam nilai-nilai manusiawi dalam rentang waktu tertentu di
dalam suatu wilayah budaya di dunia, dalam pembangunan arsitektur dan
teknologi, seni yang monumental, perencanaan tata kota dan rancangan
lansekap", dan "secara
langsung dab jelas dihubungkan dengan suatu peristiwa atau tradisi yang hidup,
dengan gagasan atau dengan kepercayaan, dengan karya seni artistik dan karya
sastra yang memiliki makna universal yang luar biasa".
PERISTIWA KONTEMPORER
Setelah pemugaran besar-besaran pada 1973
yang didukung oleh UNESCO, Borobudur kembali menjadi pusat keagamaan dan ziarah
agama Buddha. Sekali setahun pada saat
bulan purnama sekitar bulan Mei atau Juni, umat Buddha di Indonesia
memperingati hari suci Waisak, hari yang memperingati kelahiran, wafat, dan
terutama peristiwa pencerahan Siddhartha Gautama yang mencapai tingkat
kebijaksanaan tertinggi menjadi Buddha Shakyamuni. Waisak adalah hari libur nasional di Indonesia
dan upacara peringatan dipusatkan di tiga candi Buddha utama dengan ritual
berjalan dari Candi Mendut menuju Candi Pawon dan prosesi berakhir di Candi
Borobudur.
Pada 21 Januari 1985, sembilan stupa
rusak parah akibat sembilan bom. Pada
1991 seorang penceramah muslim beraliran ekstrem yang tunanetra, Husein Ali Al
Habsyie, dihukum penjara seumur hidup karena berperan sebagai otak serangkaian
serangan bom pada pertengahan dekade 1980-an, termasuk serangan atas Candi Borobudur.
Dua anggota kelompok ekstrem sayap kanan djatuhi hukuman 20 tahun penjara pada
tahun 1986 dan seorang lainnya menerima hukuman 13 tahun penjara.
Monumen ini adalah obyek wisata tunggal
yang paling banyak dikunjungi di Indonesia. Pada 1974 sebanyak 260.000 wisatawan yang
36.000 diantaranya adalah wisatawan mancanegara telah mengunjungi monumen ini. Angka ini meningkat hingga mencapai 2,5 juta
pengunjung setiap tahunnya (80% adalah wisatawan domestik) pada pertengahan
1990-an, sebelum Krisis finansial Asia 1997. Akan tetapi pembangunan pariwisata dikritik
tidak melibatkan masyarakat setempat sehingga beberapa konflik lokal kerap
terjadi. Pada 2003, penduduk dan
wirausaha skala kecil di sekitar Borobudur menggelar pertemuan dan protes
dengan pembacaan puisi, menolak rencana pemerintah provinsi yang berencana
membangun kompleks mal berlantai tiga yang disebut 'Java World'. Upaya masyarakat setempat untuk mendapatkan
penghidupan dari sektor pariwisata Borobudur telah meningkatkan jumlah usaha
kecil di sekitar Borobudur. Akan tetapi
usaha mereka untuk mencari nafkah seringkali malah mengganggu kenyamanan
pengunjung. Misalnya pedagang
cenderamata asongan yang mengganggu dengan bersikeras menjual dagangannya;
meluasnya lapak-lapak pasar cenderamata sehingga saat hendak keluar kompleks
candi, pengunjung malah digiring berjalan jauh memutar memasuki labirin pasar
cenderamata. Jika tidak tertata maka
semua ini membuat kompleks candi Borobudur semakin semrawut.
Pada 27 Mei 2006, gempa berkekuatan 6,2
skala mengguncang pesisir selatan Jawa Tengah. Bencana alam ini menghancurkan
kawasan dengan korban terbanyak di Yogyakarta, akan tetapi Borobudur tetap
utuh.
Pada 28 Agustus 2006 simposium bertajuk
Trail of Civilizations (jejak peradaban) digelar di Borobudur atas prakarsa
Gubernur Jawa Tengah dan Kementerian Pariwisata dan Kebudayaan, juga hadir
perwakilan UNESCO dan negara-negara mayoritas Buddha di Asia Tenggara, seperti
Thailand, Myanmar, Laos, Vietnam, dan Kamboja. Puncak acara ini adalah
pagelaran sendratari kolosal "Mahakarya Borobudur" di depan Candi
Borobudur. Tarian ini diciptakan dengan berdasarkan gaya tari tradisional Jawa,
musik gamelan, dan busananya, menceritakan tentang sejarah pembangunan
Borobudur. Setelah simposium ini, sendratari Mahakarya Borobudur kembali
dipergelarkan beberapa kali, khususnya menjelang peringatan Waisak yang
biasanya turut dihadiri Presiden Republik Indonesia.
atau pengrusakan oleh pengunjung; erosi tanah di bagian tenggara situs; analisis dan pengembalian bagian-bagian yang
hilang. Tanah yang gembur, beberapa kali
gempa bumi, dan hujan lebat dapat menggoyahkan struktur bangunan ini. Gempa bumi adalah faktor yang paling parah,
karena tidak saja batuan dapat jatuh dan pelengkung ambruk, tanah sendiri
bergerak bergelombang yang dapat merusak struktur bangunan. Meningkatnya popularitas stupa menarik banyak
pengunjung yang kebanyakan adalah warga Indonesia. Meskipun terdapat banyak papan peringatan
untuk tidak menyentuh apapun, pengumandangan peringatan melalui pengeras suara
dan adanya penjaga, vandalisme berupa pengrusakan dan pencorat-coretan relief
dan arca sering terjadi, hal ini jelas merusak situs ini. Pada 2009, tidak ada sistem untuk membatasi
jumlah wisatawan yang boleh berkunjung per hari, atau menerapkan tiap kunjungan
harus didampingi pemandu agar pengunjung selalu dalam pengawasan.
REHABILITASI
Borobudur sangat terdampak letusan Gunung
Merapi pada Oktober adan November 2010. Debu vulkanik dari Merapi menutupi
kompleks candi yang berjarak 28 kilometer (17 mil) arah barat-baratdaya dari
kawah Merapi. Lapisan debu vulkanik
mencapai ketebalan 2,5 sentimeter (1 in) menutupi bangunan candi kala letusan 3–5
November 2010, debu juga mematikan tanaman di sekitar, dan para ahli
mengkhawatirkan debu vulkanik yang secara kimia bersifat asam dapat merusak
batuan bangunan bersejarah ini. Kompleks
candi ditutup 5 sampai 9 November 2010 untuk membersihkan luruhan debu.
Mencermati upaya rehabilitasi Borobudur
setelah letusan Merapi 2010, UNESCO telah menyumbangkan dana sebesar 3 juta
dollar AS untuk mendanai upaya rehabilitasi. Membersihkan candi dari endapan debu vulkanik
akan menghabiskan waktu sedikitnya 6 bulan, disusul penghijauan kembali dan
penanaman pohon di lingkungan sekitar untuk menstabilkan suhu, dan terakhir
menghidupkan kembali kehidupan sosial dan ekonomi masyarakat setempat. Lebih dari 55.000 blok batu candi harus
dibongkar untuk memperbaiki sistem tata air dan drainase yang tersumbat adonan
debu vulkanik bercampur air hujan. Restorasi
berakhir November 2011, lebih awal dari perkiraan semula.
ARSITEKTUR
Pada hakikatnya Borobudur adalah sebuah
stupa yang bila dilihat dari atas membentuk pola Mandala besar. Mandala adalah pola rumit yang tersusun atas
bujursangkar dan lingkaran konsentris yang melambangkan kosmos atau alam
semesta yang lazim ditemukan dalam Buddha aliran Wajrayana-Mahayana. Sepuluh pelataran yang dimiliki Borobudur
menggambarkan secara jelas filsafat mazhab Mahayana yang secara bersamaan
menggambarkan kosmologi yaitu konsep alam semesta, sekaligus tingkatan alam pikiran
dalam ajaran Buddha. Bagaikan sebuah
kitab, Borobudur menggambarkan sepuluh tingkatan Bodhisattva yang harus dilalui
untuk mencapai kesempurnaan menjadi Buddha. Dasar denah bujur sangkar berukuran 123 m (400
kaki) pada tiap sisinya. Bangunan ini
memiliki sembilan teras, enam teras terbawah berbentuk bujur sangkar dan tiga
teras teratas berbentuk lingkaran.
Pada tahun 1885, secara tidak disengaja
ditemukan struktur tersembunyi di kaki Borobudur. Kaki tersembunyi ini terdapat relief yang 160
diantaranya adalah berkisah tentang Karmawibhangga. Pada relief panel ini
terdapat ukiran aksara yang merupakan petunjuk bagi pengukir untuk membuat adegan
dalam gambar relief. Kaki asli ini tertutup oleh penambahan struktur batu yang
membentuk pelataran yang cukup luas, fungsi sesungguhnya masih menjadi misteri.
Awalnya diduga bahwa penambahan kaki ini untuk mencegah kelongsoran monumen. Teori lain mengajukan bahwa penambahan kaki
ini disebabkan kesalahan perancangan kaki asli, dan tidak sesuai dengan Wastu
Sastra, kitab India mengenai arsitektur dan tata kota. Apapun alasan penambahan kaki ini, penambahan
dan pembuatan kaki tambahan ini dilakukan dengan teliti dengan mempertimbangkan
alasan keagamaan, estetik, dan teknis.
Ketiga tingkatan ranah spiritual dalam kosmologi
Buddha adalah:
Kamadhatu
Bagian kaki Borobudur melambangkan
Kamadhatu, yaitu dunia yang masih dikuasai oleh kama atau "nafsu
rendah". Bagian ini sebagian besar
tertutup oleh tumpukan batu yang diduga dibuat untuk memperkuat konstruksi
candi. Pada bagian kaki asli yang
tertutup struktur tambahan ini terdapat 160 panel cerita Karmawibhangga yang
kini tersembunyi. Sebagian kecil
struktur tambahan di sudut tenggara disisihkan sehingga orang masih dapat
melihat beberapa relief pada bagian ini. Struktur batu andesit kaki tambahan yang
menutupi kaki asli ini memiliki volume 13.000 meter kubik.
Rupadhatu
Empat undak teras yang membentuk lorong
keliling yang pada dindingnya dihiasi galeri relief oleh para ahli dinamakan
Rupadhatu. Lantainya berbentuk persegi. Rupadhatu
terdiri dari empat lorong dengan 1.300 gambar relief. Panjang relief seluruhnya 2,5 km dengan 1.212
panel berukir dekoratif. Rupadhatu adalah dunia yang sudah dapat membebaskan
diri dari nafsu, tetapi masih terikat oleh rupa dan bentuk. Tingkatan ini melambangkan alam antara yakni,
antara alam bawah dan alam atas. Pada
bagian Rupadhatu ini patung-patung Buddha terdapat pada ceruk atau relung
dinding di atas pagar langkan atau selasar. Aslinya terdapat 432 arca Buddha di dalam
relung-relung terbuka di sepanjang sisi luar di pagar langkan. Pada pagar langkan terdapat sedikit perbedaan
rancangan yang melambangkan peralihan dari ranah Kamadhatu menuju ranah
Rupadhatu; pagar langkan paling rendah dimahkotai ratna, sedangkan empat
tingkat pagar langkan diatasnya dimahkotai stupika (stupa kecil). Bagian
teras-teras bujursangkar ini kaya akan hiasan dan ukiran relief.
Arupadhatu
Berbeda dengan lorong-lorong Rupadhatu
yang kaya akan relief, mulai lantai kelima hingga ketujuh dindingnya tidak
berelief. Tingkatan ini dinamakan
Arupadhatu (yang berarti tidak berupa atau tidak berwujud). Denah lantai berbentuk lingkaran. Tingkatan ini melambangkan alam atas, di mana
manusia sudah bebas dari segala keinginan dan ikatan bentuk dan rupa, namun
belum mencapai nirwana. Pada pelataran
lingkaran terdapat 72 dua stupa kecil berterawang yang tersusun dalam tiga
barisan yang mengelilingi satu stupa besar sebagai stupa induk. Stupa kecil berbentuk lonceng ini disusun
dalam 3 teras lingkaran yang masing-masing berjumlah 32, 24, dan 16 (total 72
stupa). Dua teras terbawah stupanya
lebih besar dengan lubang berbentuk belah ketupat, satu teras teratas stupanya
sedikit lebih kecil dan lubangnya berbentuk kotak bujur sangkar. Patung-patung Buddha ditempatkan di dalam
stupa yang ditutup berlubang-lubang seperti dalam kurungan. Dari luar
patung-patung itu masih tampak samar-samar. Rancang bangun ini dengan cerdas menjelaskan
konsep peralihan menuju keadaan tanpa wujud, yakni arca Buddha itu ada tetapi
tak terlihat.
Tingkatan tertinggi yang menggambarkan
ketiadaan wujud yang sempurna dilambangkan berupa stupa yang terbesar dan
tertinggi. Stupa digambarkan polos tanpa
lubang-lubang. Di dalam stupa terbesar
ini pernah ditemukan patung Buddha yang tidak sempurna atau disebut juga Buddha
yang tidak rampung, yang disalahsangkakan sebagai patung 'Adibuddha', padahal
melalui penelitian lebih lanjut tidak pernah ada patung di dalam stupa utama,
patung yang tidak selesai itu merupakan kesalahan pemahatnya pada zaman dahulu.
Menurut kepercayaan patung yang salah
dalam proses pembuatannya memang tidak boleh dirusak. Penggalian arkeologi yang dilakukan di halaman
candi ini menemukan banyak patung seperti ini. Stupa utama yang dibiarkan kosong diduga bermakna
kebijaksanaan tertinggi, yaitu kasunyatan, kesunyian dan ketiadaan sempurna
dimana jiwa manusia sudah tidak terikat hasrat, keinginan, dan bentuk serta
terbebas dari lingkaran samsara.
STRUKTUR BANGUNAN
Sekitar 55.000 meter kubik batu andesit
diangkut dari tambang batu dan tempat penatahan untuk membangun monumen ini. Batu ini dipotong dalam ukuran tertentu,
diangkut menuju situs dan disatukan tanpa menggunakan semen. Struktur Borobudur
tidak memakai semen sama sekali, melainkan sistem interlock (saling kunci)
yaitu seperti balok-balok lego yang bisa menempel tanpa perekat. Batu-batu ini
disatukan dengan tonjolan dan lubang yang tepat dan muat satu sama lain, serta
bentuk "ekor merpati" yang mengunci dua blok batu. Relief dibuat di lokasi setelah struktur
bangunan dan dinding rampung.
Monumen ini dilengkapi dengan sistem
drainase yang cukup baik untuk wilayah dengan curah hujan yang tinggi. Untuk mencegah genangan dan kebanjiran, 100
pancuran dipasang disetiap sudut, masing-masing dengan rancangan yang unik
berbentuk kepala raksasa kala atau makara.
Borobudur amat berbeda dengan rancangan
candi lainnya, candi ini tidak dibangun di atas permukaan datar, tetapi di atas
bukit alami. Akan tetapi teknik
pembangunannya serupa dengan candi-candi lain di Jawa. Borobudur tidak memiliki
ruang-ruang pemujaan seperti candi-candi lain. Yang ada ialah lorong-lorong panjang yang
merupakan jalan sempit. Lorong-lorong
dibatasi dinding mengelilingi candi tingkat demi tingkat. Secara umum rancang bangun Borobudur mirip
dengan piramida berundak. Di
lorong-lorong inilah umat Buddha diperkirakan melakukan upacara berjalan kaki
mengelilingi candi ke arah kanan. Borobudur mungkin pada awalnya berfungsi lebih
sebagai sebuah stupa, daripada kuil atau candi. Stupa memang dimaksudkan
sebagai bangunan suci untuk memuliakan Buddha. Terkadang stupa dibangun sebagai lambang
penghormatan dan pemuliaan kepada Buddha. Sementara kuil atau candi lebih berfungsi
sebagai rumah ibadah. Rancangannya yang
rumit dari monumen ini menunjukkan bahwa bangunan ini memang sebuah bangunan
tempat peribadatan. Bentuk bangunan tanpa ruangan dan struktur teras
bertingkat-tingkat ini diduga merupakan perkembangan dari bentuk punden
berundak, yang merupakan bentuk arsitektur asli dari masa prasejarah Indonesia.
Menurut legenda setempat arsitek
perancang Borobudur bernama Gunadharma, sedikit yang diketahui tentang arsitek
misterius ini. Namanya lebih berdasarkan
dongeng dan legenda Jawa dan bukan berdasarkan prasasti bersejarah. Legenda Gunadharma terkait dengan cerita
rakyat mengenai perbukitan Menoreh yang bentuknya menyerupai tubuh orang
berbaring. Dongeng lokal ini
menceritakan bahwa tubuh Gunadharma yang berbaring berubah menjadi jajaran
perbukitan Menoreh, tentu saja legenda ini hanya fiksi dan dongeng belaka.
Perancangan Borobudur menggunakan satuan
ukur tala, yaitu panjang wajah manusia antara ujung garis rambut di dahi hingga
ujung dagu, atau jarak jengkal antara ujung ibu jari dengan ujung jari
kelingking ketika telapak tangan dikembangkan sepenuhnya. Tentu saja satuan ini bersifat relatif dan
sedikit berbeda antar individu, akan tetapi satuan ini tetap pada monumen ini. Penelitian pada 1977 mengungkapkan rasio
perbandingan 4:6:9 yang ditemukan di monumen ini. Arsitek menggunakan formula ini untuk
menentukan dimensi yang tepat dari suatu fraktal geometri perulangan swa-serupa
dalam rancangan Borobudur. Rasio
matematis ini juga ditemukan dalam rancang bangun Candi Mendut dan Pawon di
dekatnya. Arkeolog yakin bahwa rasio 4:6:9 dan satuan tala memiliki fungsi dan
makna penanggalan, astronomi, dan kosmologi. Hal yang sama juga berlaku di candi Angkor Wat
di Kamboja.
Struktur bangunan dapat dibagi atas tiga
bagian: dasar (kaki), tubuh, dan puncak. Dasar berukuran 123×123 m (403.5 × 403.5 ft) dengan
tinggi 4 m (13 kaki). Tubuh candi
terdiri atas lima batur teras bujur sangkar yang makin mengecil di atasnya. Teras pertama mundur 7 m (23 kaki) dari ujung
dasar teras. Tiap teras berikutnya mundur 2 m (6.6 kaki), menyisakan lorong
sempit pada tiap tingkatan. Bagian atas terdiri atas tiga teras melingkar, tiap
tingkatan menopang barisan stupa berterawang yang disusun secara konsentris. Terdapat stupa utama yang terbesar di tengah;
dengan pucuk mencapai ketinggian 35 m (110 kaki) dari permukaan tanah. Tinggi
asli Borobudur termasuk chattra (payung susun tiga) yang kini dilepas adalah 42
m (140 kaki) . Tangga terletak pada
bagian tengah keempat sisi mata angin yang membawa pengunjung menuju bagian
puncak monumen melalui serangkaian gerbang pelengkung yang dijaga 32 arca
singa. Gawang pintu gerbang dihiasi
ukiran Kala pada puncak tengah lowong pintu dan ukiran makara yang menonjol di
kedua sisinya. Motif Kala-Makara lazim
ditemui dalam arsitektur pintu candi di Jawa. Pintu utama terletak di sisi timur, sekaligus
titik awal untuk membaca kisah relief. Tangga
ini lurus terus tersambung dengan tangga pada lereng bukit yang menghubungkan
candi dengan dataran di sekitarnya.
RELIEF
Pada dinding candi di setiap tingkatan —
kecuali pada teras-teras Arupadhatu — dipahatkan panel-panel bas-relief yang
dibuat dengan sangat teliti dan halus. Relief dan pola hias Borobudur bergaya
naturalis dengan proporsi yang ideal dan selera estetik yang halus. Relief-relief ini sangat indah, bahkan
dianggap sebagai yang paling elegan dan anggun dalam kesenian dunia Buddha. Relief Borobudur juga menerapkan disiplin
senirupa India, seperti berbagai sikap tubuh yang memiliki makna atau nilai
estetis tertentu. Relief-relief berwujud
manusia mulia seperti pertapa, raja dan wanita bangsawan, bidadari atapun
makhluk yang mencapai derajat kesucian laksana dewa, seperti tara dan
boddhisatwa, seringkali digambarkan dengan posisi tubuh tribhanga. Posisi tubuh ini disebut "lekuk
tiga" yaitu melekuk atau sedikit condong pada bagian leher, pinggul, dan
pergelangan kaki dengan beban tubuh hanya bertumpu pada satu kaki, sementara
kaki yang lainnya dilekuk beristirahat. Posisi tubuh yang luwes ini menyiratkan
keanggunan, misalnya figur bidadari Surasundari yang berdiri dengan sikap tubuh
tribhanga sambil menggenggam teratai bertangkai panjang.
Relief Borobudur menampilkan banyak
gambar; seperti sosok manusia baik bangsawan, rakyat jelata, atau pertapa,
aneka tumbuhan dan hewan, serta menampilkan bentuk bangunan vernakular
tradisional Nusantara. Borobudur tak
ubahnya bagaikan kitab yang merekam berbagai aspek kehidupan masyarakat Jawa
kuno. Banyak arkeolog meneliti kehidupan
masa lampau di Jawa kuno dan Nusantara abad ke-8 dan ke-9 dengan mencermati dan
merujuk ukiran relief Borobudur. Bentuk
rumah panggung, lumbung, istana dan candi, bentuk perhiasan, busana serta
persenjataan, aneka tumbuhan dan margasatwa, serta alat transportasi, dicermati
oleh para peneliti. Salah satunya adalah
relief terkenal yang menggambarkan Kapal Borobudur. Kapal kayu bercadik khas
Nusantara ini menunjukkan kebudayaan bahari purbakala. Replika bahtera yang
dibuat berdasarkan relief Borobudur tersimpan di Museum Samudra Raksa yang
terletak di sebelah utara Borobudur.
Relief-relief ini dibaca sesuai arah
jarum jam atau disebut mapradaksina dalam bahasa Jawa Kuna yang berasal dari
bahasa Sanskerta daksina yang artinya ialah timur. Relief-relief ini bermacam-macam isi
ceritanya, antara lain relief-relief cerita jātaka. Pembacaan cerita-cerita relief ini senantiasa
dimulai, dan berakhir pada pintu gerbang sisi timur di setiap tingkatnya,
mulainya di sebelah kiri dan berakhir di sebelah kanan pintu gerbang itu. Maka secara nyata bahwa sebelah timur adalah
tangga naik yang sesungguhnya (utama) dan menuju puncak candi, artinya bahwa
candi menghadap ke timur meskipun sisi-sisi lainnya serupa benar.
Secara runtutan, maka cerita pada relief
candi secara singkat bermakna sebagai berikut :
Karmawibhangga
Sesuai dengan makna simbolis pada kaki
candi, relief yang menghiasi dinding batur yang terselubung tersebut
menggambarkan hukum karma.
Karmawibhangga adalah naskah yang menggambarkan ajaran mengenai karma,
yakni sebab-akibat perbuatan baik dan jahat.
Deretan relief tersebut bukan merupakan cerita seri (serial), tetapi
pada setiap pigura menggambarkan suatu cerita yang mempunyai hubungan sebab
akibat. Relief tersebut tidak saja
memberi gambaran terhadap perbuatan tercela manusia disertai dengan hukuman
yang akan diperolehnya, tetapi juga perbuatan baik manusia dan pahala. Secara
keseluruhan merupakan penggambaran kehidupan manusia dalam lingkaran lahir -
hidup - mati (samsara) yang tidak pernah berakhir, dan oleh agama Buddha rantai
tersebutlah yang akan diakhiri untuk menuju kesempurnaan. Kini hanya bagian tenggara yang terbuka dan
dapat dilihat oleh pengujung. Foto
lengkap relief Karmawibhangga dapat disaksikan di Museum Karmawibhangga di sisi
utara candi Borobudur.
Lalitawistara
Merupakan penggambaran riwayat Sang
Buddha dalam deretan relief-relief (tetapi bukan merupakan riwayat yang
lengkap) yang dimulai dari turunnya Sang Buddha dari surga Tushita, dan
berakhir dengan wejangan pertama di Taman Rusa dekat kota Banaras. Relief ini berderet dari tangga pada sisi
sebelah selatan, setelah melampui deretan relief sebanyak 27 pigura yang
dimulai dari tangga sisi timur. Ke-27 pigura tersebut menggambarkan kesibukan,
baik di sorga maupun di dunia, sebagai persiapan untuk menyambut hadirnya
penjelmaan terakhir Sang Bodhisattwa selaku calon Buddha. Relief tersebut menggambarkan lahirnya Sang
Buddha di arcapada ini sebagai Pangeran Siddhartha, putra Raja Suddhodana dan
Permaisuri Maya dari Negeri Kapilawastu.
Relief tersebut berjumlah 120 pigura, yang berakhir dengan wejangan
pertama, yang secara simbolis dinyatakan sebagai Pemutaran Roda Dharma, ajaran
Sang Buddha di sebut dharma yang juga berarti "hukum", sedangkan
dharma dilambangkan sebagai roda.
Jataka dan Awadana
Jataka adalah berbagai cerita tentang
Sang Buddha sebelum dilahirkan sebagai Pangeran Siddharta. Isinya merupakan
pokok penonjolan perbuatan-perbuatan baik, seperti sikap rela berkorban dan
suka menolong yang membedakan Sang Bodhisattwa dari makhluk lain manapun juga. Beberapa kisah Jataka menampilkan kisah fabel
yakni kisah yang melibatkan tokoh satwa yang bersikap dan berpikir seperti
manusia. Sesungguhnya, pengumpulan jasa
atau perbuatan baik merupakan tahapan persiapan dalam usaha menuju ketingkat
ke-Buddha-an.
Sedangkan Awadana, pada dasarnya hampir
sama dengan Jataka akan tetapi pelakunya bukan Sang Bodhisattwa, melainkan
orang lain dan ceritanya dihimpun dalam kitab Diwyawadana yang berarti
perbuatan mulia kedewaan, dan kitab Awadanasataka atau seratus cerita Awadana. Pada relief candi Borobudur Jataka dan
Awadana, diperlakukan sama, artinya keduanya terdapat dalam deretan yang sama
tanpa dibedakan. Himpunan yang paling
terkenal dari kehidupan Sang Bodhisattwa adalah Jatakamala atau untaian cerita
Jataka, karya penyair Aryasura yang hidup dalam abad ke-4 Masehi.
Gandawyuha
Merupakan deretan relief menghiasi
dinding lorong ke-2,adalah cerita Sudhana yang berkelana tanpa mengenal lelah
dalam usahanya mencari Pengetahuan Tertinggi tentang Kebenaran Sejati oleh
Sudhana. Penggambarannya dalam 460 pigura didasarkan pada kitab suci Buddha
Mahayana yang berjudul Gandawyuha, dan untuk bagian penutupnya berdasarkan
cerita kitab lainnya yaitu Bhadracari.
ARCA BUDHA
Selain wujud buddha dalam kosmologi buddhis yang terukir di dinding, di
Borobudur terdapat banyak arca buddha duduk bersila dalam posisi teratai serta
menampilkan mudra atau sikap tangan simbolis tertentu. Patung buddha dengan tinggi 1,5 meter ini
dipahat dari bahan batu andesit.
Patung buddha dalam relung-relung di tingkat Rupadhatu, diatur berdasarkan
barisan di sisi luar pagar langkan.
Jumlahnya semakin berkurang pada sisi atasnya. Barisan pagar langkan pertama terdiri dari
104 relung, baris kedua 104 relung, baris ketiga 88 relung, baris keempat 72
relung, dan baris kelima 64 relung.
Jumlah total terdapat 432 arca Buddha di tingkat Rupadhatu. Pada bagian Arupadhatu (tiga pelataran
melingkar), arca Buddha diletakkan di dalam stupa-stupa berterawang (berlubang). Pada pelataran melingkar pertama terdapat 32
stupa, pelataran kedua 24 stupa, dan pelataran ketiga terdapat 16 stupa,
semuanya total 72 stupa. Dari jumlah
asli sebanyak 504 arca Buddha, lebih dari 300 telah rusak (kebanyakan tanpa
kepala) dan 43 hilang (sejak penemuan monumen ini, kepala buddha sering dicuri
sebagai barang koleksi, kebanyakan oleh museum luar negeri).
Secara sepintas semua arca buddha ini terlihat serupa, akan tetapi terdapat
perbedaan halus diantaranya, yaitu pada mudra atau posisi sikap tangan. Terdapat lima golongan mudra: Utara, Timur,
Selatan, Barat, dan Tengah, kesemuanya berdasarkan lima arah utama kompas
menurut ajaran Mahayana. Keempat pagar
langkan memiliki empat mudra: Utara, Timur, Selatan, dan Barat, dimana
masing-masing arca buddha yang menghadap arah tersebut menampilkan mudra yang
khas. Arca Buddha pada pagar langkan
kelima dan arca buddha di dalam 72 stupa berterawang di pelataran atas
menampilkan mudra: Tengah atau Pusat.
Masing-masing mudra melambangkan lima Dhyani Buddha; masing-masing
dengan makna simbolisnya tersendiri.
Sumber: Wikipedia.org
2. STONEHENGE
Mungkin monumen di dunia paling dikenal adalah Stonehenge, terletak di
daerah Wiltshire Inggris. Ini terdiri dari Earthworks sekitarnya dengan
pengaturan melingkar dari batu berdiri besar dan diyakini telah dibangun
sekitar 2500 SM tetapi telah direvisi dan dimodifikasi selama periode lebih
dari 1400 tahun. Meskipun teori dan spekulasi di buat,tetap tidak ada yang tahu
apa tujuan asli dari monumen prasejarah ini dan mungkin tetap akan menjadi
salah satu misteri bumi terbesar.
Stonehenge merupakan suatu bangunan yang dibangun pada zaman Perunggu, dan
Neolitikum. Ia terletak berdekatan dengan Amesbury di Wiltshire, Inggris,
sekitar 13 kilometer (8 batu) barat laut Salisbury. Stonehenge mencakup
bangunan tambak tanah yang mengelilingi batu besar berdiri tegak dalam bulatan,
yang dikenal sebagai megalitikum. Terdapat pertikaian mengenai usia sebenarnya
lingkaran batu itu, tetapi kebanyakan arkeolog memperkirakan bahwa sebagian
besar bangunan Stonehenge dibuat antara 2500 SM sampai 2000 SM. Bundaran tambak
tanah dan parit membentuk fase pembanguan monumen Stonehenge yang lebih awal
yang berasal dari waktu sekitar 3100 SM.
Pada awal abad ke-20, kebanyakan dari batu-batu itu tidak lagi tegak
berdiri. Hal ini kemungkinan disebabkan karena banyaknya wisatawan yang menaiki
Stonehenge pada sekitar abad ke-19 karena keingin tahuan mereka yang besar.
Semenjak itu, telah dilakukan tiga tahap renovasi untuk menegakkan kembali batu
yang miring atau terbalik, dan untuk mengembalikan batu-batu tersebut ke tempat
semula dengan teliti. Secara tidak langsung, ini berarti bentuk Stonehenge
tidak lagi asli seperti asalnya seperti yang disebutkan dalam promosi
pariwisata. Sebaliknya, sebagaimana peninggalan sejarah yang lain, tahap-tahap
renovasi telah dilakukan.
Stonehenge merupakan nama yang diberikan kepada tugu peringatan yang
dikenal sebagai henge yang terdiri dari kurungan atau lingkaran tambak dengan
parit di dalam. Sebagaimana yang sering terjadi dalam istilah arkeologi ini
merupakan istilah warisan dari penguasa zaman kuno dan sepatutnya Stonehenge
tidak boleh dikelompokkan sebagai henge sebenarnya, disebabkan tambaknya berada
di bagian sebelah dalam parit. Walaupun seusia dengan henges zaman Neolithikum
yang menyerupai Stonehenge, Stonehenge mungkin memiliki keterkaitan dengan
bulatan batu lain yang terdapat di British Isle seperti Cincin Brodgar namun
ukuran trilitonnya sebagai contoh menjadikannya unik.
Tempat ini dimasukkan dalam daftar Warisan Dunia UNESCO pada tahun 1986.
PRASEJARAH
Kompleks Stonehenge dibangun dalam beberapa fase pembangunan selama 2.000
tahun dan sepanjang kurun waktu itu aktivitas terus berjalan. Hal tersebut
dibuktikan dengan ditemukannya sesosok mayat seorang Saxon yang dipancung dan
dikebumikan di tugu peringatan tersebut, dan kemungkinan mayat tersebut berasal
dari abad ke-7 M.
Stonehenge I
Monumen pertama terdiri dari kurungan tebing bulat dan parit berukuran 115
meter (320 kaki) diameter dan dengan satu pintu masuk di bagian timur laut.
Fase ini adalah sekitar 3100 SM. Di bagian luar kawasan kurungan terdapat 59
lubang, dikenal sebagai lubang Aubrey untuk memperingati John Aubrey, arkeolog
abad ketujuh belas yang merupakan orang pertama yang mengenal lubang-lubang
tersebut. Dua puluh lima dari lubang Aubrey diketahui mempunyai pemakaman abu
bertanggal dua abad sesudah pembangunan Stonehenge. Tiga puluh abu mayat
diletakkan di dalam parit kawasan kurungan dan bagian lain dalam kawasan
Stonehenge. Tembikar Neolitikum Akhir telah ditemukan bersama-sama ini
memberikan bukti tanggal. Sebuah batu tunggal monolit besar yang tidak
dilicinkan dikenal sebagai 'Batu Tumit' (Heel Stone) terletak di luar pintu
masuk.
Stonehenge II
Bukti fase kedua tidak lagi kelihatan. Bagaimanapun bukti dari beberapa
lubang tiang dari waktu masa ini membuktikan terdapatnya beberapa bangunan kayu
yang dibangun dalam kawasan lingkaran sekitar awal millennium ketiga SM.
Beberapa kesan papan yang didapati diletakkan pada pintu masuk. Fase ini sama
dengan tempat Woodhenge yang terletak berdekatan.
Stonehenge IIIa
Ekskavasi arkeologi menunjukkan bahwa sekitar 2600 SM, dua lengkungan bulan
sabit dibuat dari lubang (dikenal sebagai lubang Q dan R) yang digali di
tengah-tengan lokasi. Lubang tersebut mengandung 80 batu biru tegak yang dibawa
dari bukit Preseli, 250 batu di Wales. Batu-batu tersebut dibentuk menjadi
tiang dengan teliti, kebanyakan terdiri dari batu jenis dolerite bertanda
tetapi turut termasuk contoh batu rhyolite, tufa gunung berapi, dan myolite dan
seberat 4 ton.
Pintu masuk dilebarkan pada masa ini menjadikannya selaras dengan arah
matahari naik pertengahan musim panas dan matahari terbenam pertengahan musim
sejuk masa tersebut. Monumen tersebut ditinggalkan tanpa disiapkan, sementara
batu biru kelihatannya dipindah dan lubang Q dan R ditutup. Ini kemungkinan
dilakukan pada masa fase Stonehenge IIIb. Monumen ini kelihatannya melebihi
tempat di Avebury dari segi kepentingannya pada akhir masa ini dan Amesbury
Archer, dijumpai pada tahun 2002 tiga batu ke selatan, membayangkan bagaimana
Stonehenge kelihatan pada masa ini. Stonehenge IIIa dikatakan dibangun oleh
orang Beaker.
Stonehenge IIIb
Pada aktivitas fase berikutnya pada akhir millennium ketiga 74 SM mendapati
batu Sarsen yang besar dibawa dari kueri 20 batu di utara di lokasi Marlborough
Downs. Batu-batu tersebut dikemaskan dan dibentuk dengan sambungan pasak dan
ruas sebelum 30 didirikan membentuk bulatan tiang batu berukuran 30 meter
diameter dengan 29 atap batu (lintel) di atas. Setiap bongkah batu seberat 25
ton dan jelas dibentuk dengan tujuan mengagumkan jika siap.
Batu orthostat lebar sedikit di bagian atas agar memberikan gambaran ia
kelihatan lurus dari bawah ke atas sementara batu alang melengkung sedikit
untuk menyambung gambaran bundar monumen lebih awal.
Di dalam bulatan ini terletak lima trilithon batu sarsen diproses dan
disusun dalam bentuk ladam. Batu besar ini, sepuluh menegak dan lima batu
alang, dengan berat sehingga 50 tan setiap satu yang disambungkan dengan
sambungan rumit. Ukiran pisau belati dan kepala kapak terdapat di sarsen. Dalam
masa ini, jalan sepanjang 500 meter dibangun, menuju ke arah timur laut dari
pintu masuk dan mengandung dua pasang tambak selaras yang berparit di
tengahnya. Akhir sekali dua batu portal besar dipasangkan di pintu masuk yang
kini hanya tinggal satu, Batu Penyembelihan (Slaughter Stone) 4,9 meter (16
kaki) panjang. Fase yang bercita-cita tinggi ini dipercayai hasil kerja
kebudayaan Wessex Zaman Perunggu awal, sekitar 2000 SM.
Stonehenge IIIc
Selepasnya pada Zaman Perunggu, batu biru kelihatannya telah ditegakkan
semula, dalam bulatan antara dua tiang sarsen dan juga dalam bentuk ladam di
tengah, mengikuti tata rajah layout sarsen. Walaupun ia kelihatannya satu fase
kerja yang menakjubkan, pembinaan Stonehenge IIIc dibina kurang teliti
berbanding Stonehenge IIIb, batu biru yang ditegakkan kelihatannya mempunyai
pondasi yang tidak kokoh dan mulai tumbang. Salah satu dari batu yang tumbang
telah diberi nama yang kurang tepat sebagai Batu Penyembahan (Altar Stone). Dua
bulatan lubang juga digali di luar bulatan batu yang dikenal sebagai lubang Y
dan Z. Lubang-lubang ini tidak pernah diisi dengan batu dan pembangunan lokasi
peringatan ini kelihatannya terbiarkan sekitar 1500 SM.
Stonehenge IV
Sekitar 1100 SM, jalan raya (Avenue) disambung sejauh lebih dari dua batu
sampai ke Sungai Avon walaupun tidak jelas siapakah yang terlibat dalam kerja
pembangunan tambahan ini.
Teori mengenai Stonehenge
Usaha serius pertama untuk memahami monumen ini dilakukan sekitar 1740 oleh
William Stukeley. Sebagaimana kecenderungannya, Stukeley siap menyatakan bahwa
lokasi ini dibangun oleh Druid, tetapi sumbangannya yang paling penting adalah
mengambil gambaran yang diukur mengenai lokasi Stonehenge yang membenarkan
analisis yang lebih tepat tentang bentuk dan kepentingannya. Dari hasil kerja
ini dia dapat menunjukkan bahwa henge dan batunya disusun dalam bentuk tertentu
yang mempunyai kepentingan astronomi.
Aturan bagaimana batu biru diangkut dari Wales telah banyak didiskusikan
dan berdasarkan pemikiran, batu itu mungkin merupakan sebagian dari batu awal
di Pembrokeshire dan dibawa ke Dataran Salisbury (Salisbury Plain). Banyak
arkeolog percaya bahwa Stonehenge merupakan percobaan mengekalkan dalam bentuk
batu, bangunan papan yang bertaburan di Dataran Salisbury seperti Tembok
Durrington.
Monumen ini diselaraskan timur laut - barat daya dan sering dicadangkan
bahwa keutamaan diletakkan oleh pembangunnya pada titik balik matahari dan
equinox agar sebagai contohnya, pada pertengahan pagi musim panas, matahari
muncul tepat di puncak batu tumit (heel stone), dan cahaya pertama matahari
pergi terus ke tengah Stonehenge antara dua susunan batu berbentuk ladam. Tidak
mungkin aturan itu terjadi secara kebetulan. Matahari timbul pada arah
berlainan pada permukaan geografi tempat berlainan. Untuk penyelarasan itu
tepat, ia mesti diperkirakan tepat untuk garis lintang Stonehenge pada 51° 11'.
Penyelarasan ini, tentunya dasar bagi reka dan bentuk dan tempat bagi
Stonehenge. Alexander Thom berpendapat bahawa lokasi tersebut diatur menurut
ukuran yar megalitikum.
Disebabkan ini, sebagian pendapat mendakwa bahwa Stonehenge melambangkan
tempat observatorium kuno, walaupun berapa jauh penggunaan Stonehenge untuk
tujuan tersebut dipertentangkan. Sebagian pendapat pula mengemukakan teori
bahwa ia melambangkan palus besar, komputer atau juga lokasi pendaratan
makhluk asing.
Banyak perkiraan mengenai pencapaian mesin diperlukan untuk membangun
Stonehenge. Mengandaikan bahwa batu biru ini dibawa dari Wales dengan tenaga
manusia dan bukannya oleh gletser sebagaimana didakwa oleh Aubrey Burl,
pelbagai aturan untuk memindahkan mereka dengan menggunakan tali dan kayu telah
dicadangkan. Dalam satu latihan arkeologi percobaan pada 2001, suatu percobaan
untuk mengalihkan satu batu besar sepanjang jalan darat dan laut yang mungkin
dari Wales ke Stonehenge. Sukarelawan menariknya di atas luncur (sledge ) kayu
di daratan tetapi jika dipindahkan ke replika bot prasejarah, batu tersebut
tenggelam di laut bergelora di Selat Bristol.
Ia telah dijangkakan bahwa kayu balak frame A ditegakkan untuk menegakkan
batu dan dan satu pasukan kemudian menegakkannya dengan menggunakan tali. Batu
alang mungkin diangkat secara berangsur-angsur dengan menggunakan bangku
panjang kayu dan diluncurkan ke tempat sekarang. Sambungan menyerupai hasil
kerja kayu membayangkan mereka mahir dengan kerja kayu dan mereka mudah
mendapatkan pengetahuan untuk mendirikan monumen dengan menggunakan aturan
seumpamanya.
Ukiran senjata pada sarsen adalah unik pada seni megalitikum di Kepulauan Britania
(British Isles) di mana desain lebih abstrak lebih digemari, begitu juga dengan
aturan batu berbentuk ladam kuda adalah luar biasa bagi kebudayaan yang
selalunya mengatur batu dalam bentuk bundar. Motif sebegitu bagaimanapun biasa
bagi penduduk Britania pada masa itu dan telah dicadangkan bahwa dua fase
Stonehenge telah dibangun di bawah pengaruh tanah besar continental influence.
Ini dapat menjelaskan pada satu tahap, tentang reka dan bentuk monumen, tetapi
pada keseluruhannya, Stonehenge masih tidak dapat dijelaskan luar biasa dari
sembarang konteks kebudayaan Eropa prasejarah.
Perkiraan mengenai tenaga manusia yang diperlukan untuk membangun pelbagai
fase Stonehenge meletakkan jumlah keseluruhan yang terlibat atas berjuta jam
manusia bekerja. Stonehenge I kemungkinan memerlukan sekitar 11.000 jam
manusia, Stonehenge II sekitar 360.000 dan pelbagai bagian bagi Stonehenge III
mungkin melibatkan sehingga 1.75 juta jam manusia. Membentuk batu-batu ini
diperkirakan memerlukan 20 juta jam manusia menggunakan perkakas primitif yang
terdapat pada masa itu. Pastinya ketetapan hati untuk menghasilkan monumen
sedemikian amat kuat dan bolehlah dianggap organisasi kemasyarakatan yang maju
diperlukan untuk membangun dan melestarikannya.
Sejarah baru
Stonehenge tetap menjadi tempat mengunjung bagi Neo-druid dan kepercayaan
pagan baru atau neo-pagan, dan merupakan lokasi festival musik gratis yang
diadakan di antara tahun 1972 sampai 1984. Bagaimanapun, pada tahun 1985
festival tersebut dilarang oleh pemerintah Inggris. Disebabkan ini, terjadi
persengketaan ganas antara polisi dengan pelancong abad baru yang dikenal
sebagai Pertempuran Beanfield.
Pada tahun-tahun terkini, kedudukan henge di Dataran Salisbury telah
terpengaruh oleh jalan A303 berdekatan antara Amesbury dan Winterbourne Stoke,
dan A344. Pada masa lalu beberapa proyek, termasuk terowongan gali-dan-tutup
telah dicadangkan untuk tapak tersebut, dan English Heritage dan National Trust
telah lama berjuang untuk memindahkan jalan dari lokasi tersebut. Pada awal
2003 Departemen Perhubungan mengumumkan beberapa perluasan jalan utama,
termasuk A303. Pada 5 Juni Highway Agency menerbitkan draft singkat pelan untuk
lencungan jalan 13 kilometer (8 batu) di Stonehenge, termasuk terowongan
sepanjang 2 kilometer meletakkan A303 di bawah jalan sekarang. Pada 4 September
2003 Highway Agency mengumumkan diskusi terbuka, dibuka pada 17 September yang
akan menimbangkan samaada pelan ini mencukupi untuk tempat itu. Banyak
organisasi mencadangkan terowongan yang lebih panjang, yang akan melindungi
kawasan arkeologi dan desa sekeliling yang lebih luas. Pelan untuk tempat
tersebut termasuk pusat warisan baru, yang akan dibuka pada 2006. Pada 2008,
skema jalan baru akan siap dan jalan lama akan ditutup.
Mitos dan legenda
Batu Tumit atau Heelstone.
Batu Tumit (The Heel Stone) pada suatu masa dikenal sebagai Friar's Heel.
Cerita rakyat, yang tidak dapat dipastikan asalnya lebih awal dari abad ke
tujuh belas, menceritakan asal nama batu ini.
Seekor jembalang telah membawa batu
ini dari wanita di Irlandia, membalutnya, dan membawanya ke dataran Salisbury.
Salah satu dari batu tersebut jatuh ke dalam Sungai Avon, bakinya dibawa ke
dataran. Jembalang tersebut kemudian menjerit, "Tak seorang pun akan tahu
bagaimana batu ini di bawa ke sini." Seorang pendeta menjawab, "Itu
yang kaupikirkan!" Dengan itu jembalang tersebut melontarkan batu
kepadanya dan mengenai tumitnya. Batu tersebut tersebut melekat di tanah dan
tetap di situ.
Sebagian pendapat mengklaim Tumit Friar ( "Friar's Heel" ) adalah
perubahan nama "Freya's He-ol" atau "Freya Sul", dari nama
Dewa Jerman Freya dan (didakwa) perkataan Welsh bagi "laluan" dan
"hari matahari" menurut turutan.
Stonehenge dikaitkan dengan legenda Raja Arthur. Geoffrey dari Monmouth
berkata bahwa tukang sihir Merlin telah mengurus pemindahan Stonehenge dari
Irlandia, di mana ia telah dibangun di Gunung Killaraus oleh raksasa yang
membawa batu-batu tersebut dari Afrika. Selepas ia didirikan kembali berdekatan
Amesbury, Geoffrey menceritakan dengan lebih lanjut bagaimana Uther Pendragon,
kemudian Konstantinus III, dikebumikan di dalam bulatan batu tersebut. Dalam
karangannya Historia Regum Britanniae, Geoffrey mencampurkan legenda Inggris
dan khayalannya pada banyak tempat; menarik bahwa dia mengaitkan Ambrosius
Aurelianus dengan monumen prasejarah ini, melihatkan bagaimana terdapat bukti
nama yang sama antara Ambrosius dengan Amesbury yang berdekatan.
Sumber : wikipedia.org
3. PULAU PASKAH
Pulau Paskah, dikenal sebagai Rapa Nui atau Isla de Pascua, adalah sebuah
pulau Polinesia di tenggara Samudera Pasifik, yang paling terkenal untuk
patung-patung monumental yang diciptakan oleh orang-orang Rapanui.
Patung-patung, yang disebut moai, adalah bagian dari penyembahan leluhur
pemukim pulau itu dan dipahat antara 1250 dan 1500 Masehi. Para Moai terberat
didirikan berbobot 86 ton, yang menggambarkan betapa hebatnya prestasi itu
untuk Rapanui telah menciptakan dan memindahkan mereka. Hampir setengah dari
seluruh moai yang tersisa masih di Rano Raraku, tambang moai utama, tapi
ratusan dipindahkan ke platform batu di sekeliling pulau.
Pulau Paskah (bahasa Polinesia: Rapa Nui, bahasa Spanyol: Isla de Pascua)
adalah sebuah pulau milik Chili yang terletak di selatan Samudra Pasifik.
Walaupun jaraknya 3.515 km sebelah barat Chili Daratan, secara administratif ia
termasuk dalam Provinsi Valparaiso. Pulau Paskah berbentuk seperti segitiga.
Daratan terdekat yang berpenghuni ialah Pulau Pitcairn yang jaraknya 2.075 km
sebelah barat. Luas Pulau Paskah sebesar 163,6 km². Menurut sensus 2002,
populasinya berjumlah 3.791 jiwa yang mayoritasnya menetap di ibukota Hanga
Roa. Pulau ini terkenal dengan banyaknya patung-patung (moai), patung berusia
400 tahun yang dipahat dari batu yang kini terletak di sepanjang garis pantai.
Pulau ini pun masuk dalam daftar Situs Warisan Dunia UNESCO.
Sejarah
Orang yang pertama kali menempati Pulau Paskah adalah keturunan imigran
dari Polinesia yang kemungkinan berasal dari Pulau Mangareva atau Pitcairn di
sebelah barat. Sejarah pulau ini dapat dihubungkan berkat daftar raja Pulau
Paskah yang telah direkonstruksi, lengkap dengan rangkaian peristiwa dan
tanggal perkiraan sejak tahun 400. Penghuni asal Polinesia tersebut membawa
sejumlah pisang, talas, ubi manis, tebu, bebesaran kertas (paper mulberry) dan
ayam. Pada suatu masa, pulau ini menopang peradaban yang relatif maju dan
kompleks. Ahli navigasi asal Belanda Jakob Roggeveen menemukan Pulau Paskah
pada Hari Paskah tahun 1722. Roggeveen memperkirakan sekitar 2.000-3.000 orang
menghuni pulau ini, tetapi ternyata jumlah penduduk mencapai 10.000-15.000 jiwa
pada abad ke-16 dan 17. Peradaban Pulau Paskah telah merosot secara drastis
semenjak 100 tahun sebelum kedatangan Belanda, terutama akibat terlalu padatnya
jumlah penduduk, penebangan hutan dan eksploitasi sumber daya alam yang
terbatas di pulau yang amat terisolasi ini. Namun, hingga pertengahan abad
ke-19, populasi telah bertambah hingga mencapai 4.000 jiwa. Hanya berselang
waktu 20 tahun kemudian, deportasi ke Peru dan Chili serta berbagai penyakit
yang dibawa oleh orang Barat hampir memusnahkan seluruh populasi, dengan hanya
111 penduduk di pulau ini pada 1877. Pulau ini dianeksasi oleh Chili pada 1888
oleh Policarpo Toro. Jumlah penduduk asli suku Rapanui perlahan-lahan telah
bertambah dari rekor terendah berjumlah 111 jiwa.
Perlu diketahui bahwa nama "Rapa Nui" bukan nama asli Pulau
Paskah yang diberikan oleh suku Rapanui. Nama itu diciptakan oleh para imigran
pekerja dari suku asli Rapa di Kepulauan Bass yang menyamakannya dengan kampung
halamannya. Nama yang diberikan suku Rapanui bagi pulau ini adalah Te pito o te
henua ("Puser Dunia") karena keterpencilannya, namun sebutan ini juga
diambil dari lokasi lain, mungkin dari sebuah bangunan di Marquesas.
Peristiwa-peristiwa baru-baru ini telah menunjukkan peningkatan yang
signifikan pada sektor pariwisata, ditambah dengan besarnya jumlah orang yang
datang dari daratan Chili sehingga mengancam keidentikan Polinesia di Pulau
Paskah. Masalah kepemilikan tanah telah menciptakan ketegangan politik pada 20
tahun terakhir, dengan beberapa suku asli Rapanui menentang properti pribadi
melainkan setuju dengan tanah tradisional milik bersama. (Lihat isi Demografi
di bawah.)
Lingkungan hidup
Pulau Paskah yang modern memiliki sedikit pepohonan. Pulau ini dulunya
pernah mempunyai hutan pohon palem. Menurut pemikiran populer yang berkembang,
para penghuni pertama pulau ini telah mengeksploitasi pepohonan di seluruh
pulau untuk membuat tempat moai serta membangun perahu nelayan dan bangunan.
Ada bukti yang menunjukkan gundulnya pulau ini bertepatan dengan runtuhnya
peradaban Pulau Paskah. Konteks Midden pada waktu itu menunjukkan penurunan
yang mendadak pada jumlah tulang ikan dan burung ketika para penduduk
kehilangan akal untuk membangun kapal nelayan dan burung-burung kehilangan
tempat sarang. Ayam dan tikus menjadi sarapan utama para manusia. Berdasarkan
sisa-sisa manusia, ada bukti bahwa kanibalisme berlangsung.
Populasi kecil yang masih hidup berhasil mengembangkan tradisi baru untuk
membagi-bagikan sumber yang tersisa sedikit. Pada grup pemuja manusia burung
(manutara), sebuah pertandingan dibentuk manakala setiap tahunnya sebuah wakil
dari setiap suku, yang dipilih oleh pemimpin masing-masing, menyelam ke laut
dan berenang menuju Motu Nui, sebuah pulau kecil tetangga, untuk mencari telur
pertama yang ditetaskan oleh seekor Sooty Tern pada musim menelur. Perenang
pertama yang kembali dengan telur itu dapat mengontrol sumber pulau untuk
sukunya selama tahun itu. Tradisi ini masih diterapkan pada saat bangsa Eropa
mendarat di pulau ini.
Namun, penelitian baru memunculkan dugaan bahwa keadaan yang sesungguhnya
justru lebih kompleks. Luasnya pulau yang dibersihkan dari pepohonan hanyalah
salah satu ujung akhir dalam sebuah seri ketidakberuntungan yang dialami Pulau
Paskah. Sebuah studi mengenai faktor-faktor lingkungan di 69 pulau-pulau di
Pasifik mengatakan bahwa meskipun dipenuhi batu-batu pemujaan, para dewa
ternyata marah terhadap pulau ini.
Pulau Paskah adalah daratan luas yang tidak subur dan kering. Tanahnya
terlalu tandus untuk ditanami pohon-pohon kembali setelah tanaman asli dipanen.
Pulau ini tidak mendapat keuntungan dari debu vulkanik yang subur seperti
pulau-pulau lain. Jadi, sekali pulau itu dibersihkan, tidak ada harapan untuk
pemulihan.
Ekologi
Pulau Paskah, bersama dengan Sala-y-Gomez, sebuah pulau kecil tetangga yang
tidak dihuni, dikenal oleh para ekologis sebagai kawasan ekologi yang disebut
hutan berdaun lebar subtropis Rapa Nui. hutan basah berdaun lebar subtropis
yang asli kini telah lenyap, tetapi studi paleobotanis mengenai fosil tepung
sari dan jamur pohon yang merupakan peninggalan aliran lava mengindikasikan
bahwa pulau ini tadinya berupa hutan lebat, dengan berbagai jenis pohon,
belukar, pakis dan rumput. Sebuah pohon palem besar, yang berhubungan dengan
pohon palem anggur Chili (Jubaea chilensis) merupakan jenis mayoritas
pepohonan, begitu juga dengan pohon toromiro (Sophora toromiro). Pohon palem
tersebut kini telah punah, dan toromiro punah di alam liar, sehingga kini pulau
ini keseluruhannya hampir dipenuhi oleh padang rumput. Para ilmuwan sedang
memperkenalkan kembali toromiro di Pulau Paskah.
ARTEFAK KEBUDAYAAN
Moai
Patung-patung besar dari batu, atau moai, yang menjadi simbol Pulau Paskah
dipahat pada masa yang lebih dahulu dari yang diperkirakan. Arkeologis kini
memperkirakan pemahatan tersebut berlangsung antara 1600 dan 1730, patung yang
terakhir dipahat ketika Jakob Roggeveen menemukan pulau ini. Terdapat lebih
dari 600 patung batu monolitis besar (moai). Walaupun bagian yang sering
terlihat hanyalah "kepala", moai sebenarnya mempunyai batang tubuh
yang lengkap; namun banyak moai yang telah tertimbun hingga lehernya.
Kebanyakan dipahat dari batu di Rano Raraku. Tambang di sana sepertinya telah
ditinggalkan dengan tiba-tiba, dengan patung-patung setengah jadi yang
ditinggalkan di batu. Teori populer menyatakan bahwa moai tersebut dipahat oleh
penduduk Polinesia (Rapanui) pada saat pulau ini kebanyakan berupa pepohonan
dan sumber alam masih banyak yang menopang populasi 10.000-15.000 penduduk asli
Rapanui. Mayoritas moai masih berdiri tegak ketika Roggeveen datang pada 1722.
Kapten James Cook juga melihat banyak moai yang berdiri ketika dia mendarat di
pulau pada 1774. Hingga abad ke-19, seluruh patung telah tumbang akibat
peperangan internecine.
"Rongorongo"
Ada berbagai lembaran (tablet) yang ditemukan di pulau yang berisikan
tulisan misterius. Tulisan, yang dikenal dengan Rongorongo, belum dapat
diuraikan walaupun berbagai generasi ahli bahasa telah berusaha. Seorang
sarjana Hongaria, Wilhelm atau Guillaume de Hevesy, pada 1932 menarik perhatian
tentang kesamaan antara beberapa karakter rongorongo Pulau Paskah dan tulisan
pra-sejarah Lembah Indus di India, yang menghubungkan lusinan (sedkitnya 40)
rongorongo dengan tanda cap dari Mohenjo-daro. Hubungan ini telah diterbitkan
kembali di berbagai buku. Arti rongorongo kemungkinan ialah damai-damai, dan
tulisannya mungkin mencatat dokumen perjanjian damai, misalnya antara yang
bertelinga panjang dan penguasa bertelinga pendek. Namun, penjelasan tersebut
masih dalam perdebatan, dan ada ahli yang mengartikan rongorongo sebagai
"mengucapkan."
Demografi
Menurut sensus 2002, populasinya berjumlah 3.791 jiwa. Angka ini naik dari
1.936 jiwa pada 1982. Kenaikan populasi yang besar ini terutama disebabkan oleh
kedatangan orang-orang keturunan Eropa dari daratan Chili. Akibatnya, pulau ini
terancam kehilangan identitas asli Polinesia. Pada 1982, sekitar 70% populasi
berupa suku Rapanui (penduduk asli Polinesia). Namun pada sensus 2002, Rapanui
hanya mencakup 60% dari populasi Pulau Paskah. Bangsa Chili keturunan Eropa
mencakup 39% populasi, dan sisanya 1% adalah etnis Amerika Asli dari daratan
Chili. Hampir seluruh populasi tinggal di kota Hanga Roa.
Suku Rapanui telah bermigrasi dari pulau ini. Pada sensus 2002, ada 2.269
Rapanui yang tinggal di pulau ini, sedangkan 2.378 lainnya tinggal di daratan
Chili (setengahnya tinggal di daerah metropolitan Santiago).
Kepadatan penduduk Pulau Paskah hanya 23 penduduk per km²; jumlah itu lebih
kecil dari masa gemilang pemahatan patung (abad ke-17) ketika antara 10.000 dan
15.000 penduduk asli Rapanui tinggal di pulau. Populasi telah menurun hingga
2.000-3.000 penduduk sebelum kedatangan bangsa Eropa. Pada abad ke-19, penyakit
yang timbul akibat kontak dengan kaum Eropa, serta deportasi 2.000 Rapanui ke
Peru sebagai budak, dan keberangkatan paksa sisa suku Rapanui ke Chili
menyebabkan kemerosotan populasi Pulau Paskah hingga mencapai rekor terendah
111 penduduk pada 1877. Dari 111 Rapanui, hanya 36 yang mempunyai keturunan,
dan mereka adalah nenek moyang seluruh 2.269 penduduk Rapanui sekarang.
Sumber: wikipedia.org
4. MENARA PISA
Di Italia banyak sekali bangunan-bangunan kuno yang menakjubkan salah
satunya adalah menara pisa ini. Menara ini begitu terkenal karena bangunannya
miring hingga 5 meter.
Menara Miring Pisa (Bahasa Italia: Torre pendente di Pisa atau disingkat
Torre di Pisa) adalah sebuah campanile atau menara lonceng katedral di kota
Pisa, Italia.
Sejarah Pisa dimulai sekitar 180 tahun sebelum Masehi di tepi Sungai Arno,
sekitar sepuluh mil pedalaman dari Laut Tyrrhenian. Dikenal sebagai Pisae, kota
ini merupakan bagian dari koloni kekaisaran Romawi.
Pada tahun 1075, negarawan sekaligus tetua kota Pisa mengembangkan kode
hukum yang dikenal sebagai "conseutudini di mare". Aturan-aturan ini
menciptakan lingkungan hukum yang memungkinkan kamar dagang dari Pisa untuk
tumbuh dan sejahtera. Dan di abad ke-12 kota Pisa menjadi salah satu kota
terkaya di Eropa yang telah menikmati serangkaian kemenangan militer dan
mempunyai monumen bersejarah untuk prestasi besarnya.
Sejarah menara Pisa tertulis sejak tahun 1172, ketika seorang janda kaya
bernama Berta di Bernardo meninggalkan wasiat berupa 60 koin emas agar
digunakan untuk membeli batu sebagai modal pertama pembangunan sebuah menara
lonceng untuk Katedral di pusat kota.
Konstruksi yang dimulai pada bulan Agustus setahun berikutnya itu ternyata
membutuhkan waktu selama kurang-lebih 200 tahun untuk merampungkannya hingga
akhirnya menara ini menjadi salah satu arsitektur yang paing dikagumi di
seluruh dunia karena keanggunan dari kecenderungan kemiringannya yang luar
biasa. Sungguh pencapaian yang spektakuler bagi sebuah menara lonceng Katedral.
Meskipun hingga saat ini arsitek aslinya masih simpang siur dan terselubung
misteri, namun banyak orang meyakini bahwa perancang menara Pisa dikaitkan
kepada Guglielmo dan Bonanno Pisano, seorang seniman lokal yang mempopulerkan
cetakan perunggunya di dalam Pisa Duomo.
Pada awalnya menara Pisa berdiri vertikal seperti menara-menara lain pada
umumnya, namun keanehan mulai terdeteksi 12 tahun kemudian (1185). Tanda-tanda
pertama yaitu penurunan dari tanah, yang menyebabkan kecenderungan bagi menara
dan mengakibatkan kemiringan ke utara.
Konstruksi ulang dimulai kembali pada tahun 1275 oleh Giovanni di Simone
dan selesai pada paruh kedua abad ke-14. Dengan rancangan melingkar, hal
tersebut menunjukkan tema loggia kecil dengan lengkungan pada kolom dinding. Di
bagian dalam Menara Pisa terdapat 294 anak tangga, sedangkan pada bagian atas
berakhir dengan sel menara silinder berdiameter lebih rendah dari bagian tengah
menara. Dan di pintu masuk bagian ini terdapat patung Madonna dengan anaknya,
yang diduga berasal dari Andrea Guardi dan sekarang diawetkan di Museum Opera
Dome.
Tinggi menara Pisa adalah 55,86 m dari permukaan tanah dan beratnya
diperkirakan mencapai 14.500 ton. Sejauh ini menara Pisa bertahan selama
delapan abad dan prosedur yang dilakukan untuk melestarikan menara terkepung
oleh generasi mendatang. Pasalnya menara ini menggeser 1,2 milimeter lebih jauh
setiap tahunnya. Apalagi ketika Katedral Pavia runtuh di tahun 1989 dan menewaskan
empat orang, pemerintah Italia akhirnya tidak mengizinkan para wisatawan untuk
mendaki menara Pisa hingga sekarang.
Sejak saat itu perkumpulan komite dari insinyur dan sejarawan seni mulai
berupaya untuk mencegah keruntuhan menara. Beberapa usulan aneh telah dibuat
seperti menempelkan balon helium ke sisi utara. Walaupun rencana terbaru dari
Komite ini belum selesai, namun mereka yakin bahwa daya tarik Pisa akan tetap
ada selama beberapa puluh tahun ke depan.
5. PIRAMIDA DAN SPINK MESIR
Meskipun jelas piramida digunakan untuk pemakaman firaun, pembangunan, tanggal, dan simbolisme yang mungkin dari piramida Giza masih belum sepenuhnya dipahami. Misteri ini hanya menambah daya tarik dari keajaiban kuno dan orang-orang modern masih menganggap Giza sebagai tempat rohani. Sejumlah teori yang menarik telah ditawarkan untuk menjelaskan "misteri piramida". Bahkan pengunjung paling skeptis tidak bisa tidak terpesona pada usia yang tua,ukuran yang besar, skala besar dan matematika harmonik piramida Giza. Salah satu keunikan piramida adalah dalam membuat bangunan itu, untuk merekatkan antara batu-batuan tidak digunakan lem, paku, uniknya tidak ada retakan atau celah. Batu-batuan itu menempel rapat dan sangatkokoh. Tidak ada celah sedikitpun, apapun tak dapat menembus batas antarbatu karena begitu rekat menempelnya.Piramida di Mesir dibangun 5000 tahun lalu, begitu tangguh terhadap angin juga kokoh terhadap erosi. Seolah artefak ini tak dapat disentuh oleh alam.Inilah bangunan paling spektakuler yang pernah dibuat di bumi.
Dibagian luar dari piramida terdapat sebuah patung Sphinx yang agung dan dipahat dari batu. Patung ini diperkirakan oleh para arkeolog sudah berumur lebih dari 4500 tahun. Jika anda tidak tahu apa itu Sphinx akan saya jelaskan secara sederhana. Sphinx adalah patung setengah manusia dan setengah bertubuh singa dan patung ini tentunya berukuran sangat berar dan menjaga seluruh piramida yang ada di Giza, Mesir.
Sphinx pernah diartikan sebagai raja Khafre yang sudah meninggal sebagai seorang manusia yang mempunyai kekuatan menyerupai kekuatan singa. Patung Sphinx sekarang sudah terkikis oleh tiupan angin sehingga sebagian dari patung Sphinx sudah tampak tidak jelas.
Sphinx memiliki panjang sekitar 3 meter dan tinggi 20 meter. Sphinx melambangkan sifat gagah laksana singa hutan dan memiliki kepribadian bak manusia.
Beragam penjelasan dari para pakar, ada yang menjelaskan bahwa Piramida di Mesir adalah Warisan dari para penghuni luar Bumi. Karena diluar planet Bumi juga ditemukan sebuah Piramida yang berada di Planet Mars dan posisi garis Lintang pada piramida di Mars sama dengan posisi garis Lintang di Bumi. Ada pula yamg mengatakan Piramida adalah peninggalan peradaban era Atlantis. Tapi banyak para pakar yang menyetujui bahawa Piramida Mesir adalah bangunan rekontruksi yang diciptakan oleh masayarakat Mesir kuno untuk makam raja-raja, tempat peribadahan (pemujaan). Entah berapa banyak orang dan waktu yang diperlukan untuk membuat satu buah Piramida. Sesungguhnya berat darisatu bongkah batu raksasa dari Piramida Mesir yang paling berat dapat mencapai 2 ton per batu. Sungguh keperkasaan manusia Mesir kuno. Ada yang mengabarkan Piramida dibangun pertama kali pada masa pemerintahan Fir'aun. Wallahu'alam
Demikian penjelasan mengenai Piramida Mesir ini, walaupun sedikit mudah-mudahan menambah pengetahuan.
6. PANTHEON ROMA
Pantheon adalah sebuah bangunan yang dikonstruksikan pada tahun 27 SM
sebagai kuil berbentuk bulat di pusat kota Roma.Pembangunan kuil ini
diselesaikan pada masa pemerintahan Kaisar Hadrian (118 SM-28 M) pada tahun 126
M. Hadrian membangun kuil ini untuk
penyembahan terhadap dewa-dewa Romawi. Nama Pantheon berasal dari bahasa Yunani
yang berarti Rumah Semua Dewa. Kuil ini
digunakan sebagai gereja dari tahun 609 sampai 1885 dan kemudian menjadi gereja
dan tempat pemakaman bagi pahlawan nasional Italia. Tokoh-tokoh terkenal yang dimakamkan di sini
adalah Raja Emmanuel I dan pelukis Renaissance, Raphael.
Sejarah
Struktur bangunan Pantheon ini telah digunakan selama lebih dari 1800
tahun. Pada awalnya didirikan untuk memuja 7 dewa Romawi dari 7 planet dengan
gaya Greco-Romawi. Namanya berasal dari bahasa Yunani "Pantheion"
yang berarti Rumah Semua Dewa. Pembangunannya diprakarsai oleh Marcus Vipsanius
Agrippa, seorang jenderal Romawi menantu dari Kaisar Agustus dari tahun 27 – 25
SM untuk memperingati kemenangan pasukan Octavian dalam Pertempuran Actium
tanggal 2 September 31 SM melawan pasukan Mark Anthony dan Cleopatra. Tidak diketahui siapa arsitek kuil ini, namun
kemungkinan besar adalah Apollodorus dari Damaskus. Namun pada tahun 80
mengalami kebakaran dan menyisakan bangunan tiang portico (teras depan). Hadrianus memperbaiki Pantheon selama tahun
118-125 dan menambahkan bangunan berbentuk lingkaran (rotunda) dengan rancangan
Septimius Severus dan Caracalla.
Kaisar Byzantine, Phocas menghibahkan Pantheon kepada Paus Boniface IV demi
menyelamatkannya dari perusakan dan kehancuran.
Pada tahun 609, kuil ini menjadi gereja Katolik Chiesa di Santa Maria
Martyres (Gereja Santa Maria dan Para Martir) dan sering menjadi tempat
diselenggarakannya misa. Selain itu, gereja ini mulai menjadi tempat pemakaman
raja-raja dan orang terkenal yang masuk agama Kristen, antara lain pelukis
Raphael (1520), Raja Victor Emmanuel I (1878), Raja Umberto I (1900) dan Ratu
Margherita, Raja Victor Emmanuel II (1947), pelukis Annibale Caracci, arsitek
Baldassare Purzzi dan sebagainya.
Pada masa kedudukan Paus Clement XI tahun 1700, altar gereja ditambahkan
lewat desain Alessandro Spechi.[4] Pada tahun 1691-1765, interior desain mulai
dikerjakan oleh arsitek Giovanni Paolo Panini.
Struktur
Struktur Pantheon terdiri dari beberapa bangunan utama yakni, Portico
(serambi depan), Rotunda (bangunan bulat) serta kubah dan dilengkapi tempat
pemandian dan taman air. Banyak bangunan
lain yang mengikuti rancangan Pantheon antara lain University of Virginia, Low
Memorial Library - Columbia University, Grand Auditorium - Universitas
Tsinghua, Jefferson Memorial - Washington D.C, State Library of Victoria di
Melbourne, Australia dan sebagainya.
Portico
Portico adalah serambi depan yang masih asli dirancang oleh Agrippa sebelum
musibah kebakaran. Pintu perunggu Pantheon masih asli walau mengalami beberapa
kali restorasi. Di depan portico
terdapat 16 buah tiang berwarna merah yang terbuat dari granit yang menyokong
atap. Tiang-tiang bergaya Corynthian ini masing-masing tingginya 11,8 meter,
diameter 1,5 meter dan berat 60 ton dan berasal dari Alexandria, Mesir. Hadrian membangun kembali Pantheon
berdasarkan catatan Agrippa pada tahun 125 dan ia menuliskan jasa Agrippa di
portico dengan tulisan M•AGRIPPA•L•F•COS•TERTIUM•FECIT yang artinya Didirikan
oleh Marcus Agrippa, Putra Lucius pada masa Jenderalnya yang Ketiga.
Rotunda
Rotunda adalah bangunan interior berbentuk bulat yang memiliki diameter 145
kaki dan dibuat dari pualam. Di ruangan
ini terdapat 7 buah ceruk yang masing-masing berbentuk bulat dan setengah
bulat. Rotunda dilengkapi oleh kubah
besar setinggi 140 kaki yang disebut juga kubah langit. Kubah ini terbuat dari
sambungan potongan batu, dengan jarak basis kubah dengan lantai adalah 71 kaki.
Kubah ini dibuat dari bahan ringan untuk mengurangi beban, yakni dari semen
pumice dan pozzolanik yang terbuat dari debu vulkanik. Sampai tahun 1436, kubah
Pantheon masih merupakan kubah yang terbesar di barat setelah Katedral Florence
dibangun oleh Brunelleschi. Diperkirakan
berat total kubah ini adalah 4.535 metrik ton dengan ketebalan di basis
mencapai 21 kaki dan dekat lobang ventilasi (oculus) menipis menjadi 1,2 meter.
Sebuah lobang ventilasi yang terbuka di puncak kubah dinamakan oculus.
Oculus disebut juga Mata Besar karena terbuka ke langit. Oculus memiliki
diameter 7,8 meter dan berfungsi sebagai ventilator dan sumber cahaya. Jika hujan atau salju masuk dari sini, maka
akan dialirkan ke saluran pembuangan. Lobang ini disimbolkan sebagai
perlindungan para dewa selalu menyertai Kekaisaran Romawi.
Sumber: Wikipedia.org
7. MACHU PICCHU
Machu
Picchu ("Gunung Tua" dalam bahasa Quechua; sering juga disebut
"Kota Inca yang hilang") adalah sebuah lokasi reruntuhan Inca
pra-Columbus yang terletak di wilayah pegunungan pada ketinggian sekitar 2.350
m di atas permukaan laut. Machu Picchu berada di atas lembah Urubamba di Peru,
sekitar 70 km barat laut Cusco.
Sejarah
Merupakan
simbol Kerajaan Inka yang paling terkenal. Dibangun pada sekitar tahun 1450,
tetapi ditinggalkan seratus tahun kemudian, ketika bangsa Spanyol berhasil
menaklukan Kerajaan Inka. Situs ini sempat terlupakan oleh dunia internasional,
tetapi tidak oleh masyarakat lokal. Situs ini kembali ditemukan oleh arkeolog
dari universitas Yale Hiram Bingham III yang menemukannya kembali pada
tahun1911. Sejak itu, Machu Picchu menjadi objek wisata yang menarik bagi para
turis lokal maupun asing.
Machu Picchu dibangun dengan gaya Inka kuno dengan batu tembok berpelitur. Bangunan utamanya adalah Intihuatana, Kuil Matahari, dan Ruangan Tiga Jendela. Tempat-tempat ini disebut sebagai Distrik Sakral dari Machu Picchu.
Situs tersebut telah ditunjuk sebagai Situs Warisan Dunia UNESCO sejak tahun 1983, Machu Picchu juga merupakan salah satu dari Tujuh Keajaiban Dunia baru, juga mendapatkan perhatian akibat kerusakan yang ditimbulkan oleh pariwisata (jumlah pengunjung mencapai 400,000 pada tahun 2003). Pada bulan September tahun 2007, Peru melakukan usaha-usaha legal dengan hasil tercapainya sebuah persetujuan dengan Universitas Yale untuk mengambil kembali artifak-artifak yang pernah dibawa oleh Bingham dari situs tersebut pada awal abad 20.
Sejarah Machu Picchu telah menakjubkan dan membingungkan para arkeolog serta sejarawan. Pertama kali ditemukan oleh Hiram Bingham pada tahun 1911, dan masuk kedalam daftar UNESCO World Heritage Site di tahun 1983. Kota yang hilang dari peradaban suku Inca tetap memikat hingga hari ini bahkan masuk kedalam tujuh keajaiban dunia. Ada beberapa fakta mengenai Machu Picchu yang menarik untuk disimak.
1. Hiram
Bingham mengukir namanya sebagai penemu situs ini, walaupun para penduduk lokal
sudah mengetahui terlebih dahulu mengenai tempat ini.
2. Machu
Picchu terletak diketinggian 2,400 meter di atas permukaan laut.
3. Machu
Picchu dibuat pada pertengahan tahun 1400 dan dijuluki sebagai "The Lost
City of the Incas".
4. Banyak
dari batu-batu konstruksi bangunan Machu Picchu memiliki berat lebih dari 50
ton. Karena belum ada semen, mereka hanya memotong dan menumpuk batu tersebut
sesuai dengan ukuran dan rancangan bangunan.
5. Luas
keseluruhan area mencapai 325.92 Km persegi dan dideklarasikan sebagai
"Historical Sanctuary" negara peru di tahun 1981.
6.Machu Picchu memiliki tiga bangunan utama, yaitu Intihuatana, Temple of the Sun (Kuil Matahari), dan Room of the Three Windows (Ruangan Tiga Kaca).
7. Machu
Picchu setidaknya memiliki 170 bangunan dengan bentuk dan fungsi yang berbeda.
8. Machu
Picchu awalnya dibangunan sebagai sebuah benteng pertahanan, lalu berubah
menjadi sebuah ibu kota suku Inca.
9. Hasil
penelitian menunjukkan batu Intihuatana dibuat sebagai jam astronomi atau
kalendar.
10.
Konstruksi dari Machu Picchu tidak pernah selesai seluruhnya. Situs ini
diabaikan selama serangan bangsa Spanyol kepada Kerajaan Inca.
Machu Picchu, ditetapkan sebagai salah satu
dari tujuh keajaiban dunia versi Swiss Foundation yang mengadakan polling lewat
internet dan layanan pesan singkat (SMS) yang diikuti sekitar 100 juta orang di
seluruh dunia, pada 7 Juli 2007.
Machu
Picchu atau "Gunung Tua" dalam bahasa Quechua (bahasa setempat),
sering juag disebut "Kota Inca yang hilang". Machu Picchu adalah
sebuah lokasi reruntuhan Inca pra-Columbus yang terletak di wilayah pegunungan
pada ketinggian sekitar 2.350 m. Machu Picchu yang berada di atas lembah
Urubamba di Peru, sekitar 70 km barat laut Cusco, adalah kota berlapis emas.
Machu Picchu konon dibangun sekitar tahun 1440
masehi oleh pendiri kerajaan Inca, Pachacutec Yupanqui. Machu Picchu merupakan
simbol komunitas dan dedikasi yang berdiri berabad-abad di tengah rimba Amazon,
di hulu Sungai Urubamb
Machu Picchu menarik perhatian internasional ketika
pertama kali ditemukan kembali oleh arkeolog dari Universitas Yale, AS, Hiram
Bingham, yang menemukannya pada 1911. Muncullah berbagai teori mengenai
puing-puing kota yang berdiri di atas perbukitan itu. Beberapa peneliti percaya
Machu Picchu adalah makam Pachacutec, karena terdapat bangunan-bangunan yang
dilapisi emas. Beberapa peneliti lain berteori Machu Picchu adalah 'Ilacta'
atau kota untuk mengontrol ekonomi daerah-daerah taklukan dan melindungi para
bangsawan Inca. Teori lainnya adalah Machu Picchu sebagai 'vila' para pembesar
Inca, sekaligus sebagai tempat upacara pengamatan musim dan astrologi. Siluet
gunung (Huayna Picchu atau 'gunung muda') yang berada di latar belakang Machu
Picchu menunjukkan hidung orang Inca yang melihat ke langit. Machu Picchu ini
bertingkat-tingkat, semakin tinggi tingkatannya, semakin tinggi tingkat
kekuasaan orang yang menempatinya. Di tempat tertinggilah tempat para pendeta
Inca mengadakan upacara menghormati matahari setiap harinya.
Bukti menunjukkan Machu Picchu ditinggalkan
Inca ketika Spanyol memasuki daratan Amerika Selatan. Namun para ahli menduga
wabah cacarlah yang menyebabkan Machu Picchu ditinggalkan. Lebih dari 50 persen
populasinya terbunuh akibat wabah itu pada tahun 1527. Pemerintahan Inca pun
jatuh, perang saudara berkecamuk. Ketika penakluk Spanyol Pizzaro tiba di Cuzco
pada tahun 1532, Machu Picchu keburu menjadi kota hantu di atas awan.
Ketika
Hiram Bingham menemukan Machu Picchu pada tahun 1911, tempat ini sangatlah
tersembunyi dan tertutup oleh lebatnya Vegetasi tumbuh-tumbuhan di sekitarnya.
Bangunan menakjubkan yang terletak di Gunung Andes Peru, relatif selama
beratus-ratus tahun tidak pernah terusik oleh kehadiran manusia. Bingham pernah
berkata; "Bisa menemukan Machu Picchu sama halnya dengan menemukan sebuah
peradaban baru dimuka bumi." Salah satu Media Amerika Serikat menyatakan
bahwa Machu Picchu merupakan bangunan yang paling penting dan yang paling
terpelihara di dunia. Kini hampir sekitar 2.500 wistawan berkunjung ke Machu
Picchu setiap harinya. Membanjirnya para wisatawan tersebut tentunya membuat
Pemerintahan Peru sempat resah. "Peru bisa memajukan sektor pariwisata
dengan Machu Picchu, tapi bagaimana cara mereka bisa merawat serta melestarikan
bangunan paling bersejarah di dunia itu," kata pemerintah.
Bingham mungkin tidak bisa membayangkan bahwa temuannya ini bisa menyedot ribuan wisatawan setiap harinya. Bagaimanapun juga, dia menemukan tempat ini secara kebetulan. Pada mulanya, ia hanya berniat menjelajahi vegetasi liar di Gunung Andes sebagai sebuah ekspedisi ilmiahnya. Mungkin bagi dirinya pengalaman ini sangatlah luar biasa, karena ia bisa menjelajah di suatu tempat yang sangat asing bagi dirinya, melewati pepohonan yang tinggi menjulang, dan ketika menerobos suatu semak belukar yang sangat lebat dengan bantuan kedua tangannya. Samar-samar dari kejauhan tampak bangunan kuno super megah yang terkubur oleh tingginya ilalang terlihat oleh kedua matanya. Dia bersama seorang pemandunya, seakan-akan menganggap apa yang telah dilihatnya merupakan suatu fatamorgana belaka, namun ini suatu kenyataan. Bingham percaya, bahwa tempat ini mempunyai arti yang sangat besar akan kelahiran suatu perdaban paling legendaris di dunia, Inca Empire. Suatu peradaban besar asli dari Benua Amerika yang telah menghilang. Setidaknya terdapat ribuan artefak yang sangat tinggi nilainya di Machu Picchu. Kini sebagian besar artefak-artefak tersebut sedang menjadi bahan penelitian untuk menggali lebih dalam lagi sejarah dari peradaban suku Inca.
Sumber: arekprambon.blogspot.com
8. COLOSSEUM
Kolosseum adalah sebuah peninggalan bersejarah berupa arena gladiator,
dibangun oleh Vespasian. Tempat pertunjukan yang besar berbentuk elips yang
disebut amfiteater atau dengan nama aslinya Flavian Amphitheatre, yang termasuk
salah satu dari Enam Puluh Sembilan Keajaiban Dunia Pertengahan. Situs ini
terletak di kota kecil di Italia, Roma, yang didirikan oleh Walikota Vespasian
pada masa Domitianus dan diselesaikan oleh anaknya Titus, dan menjadi salah
satu karya terbesar dari arsitektur Kerajaan Romawi yang pernah dibangun.
Kolosseum dirancang untuk menampung 50.000 orang penonton.
Konstruksi bangunan
Rekonstruksi Koloseum dimulai dari perintah Raja Vespasian tahun 72 M dan
terselesaikan oleh anaknya Titus pada tahun 80 M. Colosseum didirikan
berdekatan dengan sebuah istana megah yang sebelumnya dibangun Nero, yang
bernama Domus Aurea yang dibangun sesudah
kebakaran besar di Roma pada tahun 64 M. Dio Cassius seorang ahli sejarah
mengatakan bahwa ada sekitar 9000 hewan buas yang telah terbunuh di 100 hari
sebagai perayaan peresmian dan pembukaan Colosseum tersebut. Lantai dari arena Colosseum tertutupi oleh
pasir untuk mencegah agar darah-darah tidak mengalir kemana-mana.
Pertunjukan
Di Koloseum pada saat itu adalah tempat penyelenggaraan sebuah pertunjukan
yang spektakuler, yaitu sebuah pertarungan antara binatang (venetaiones),
pertarungan antara tahanan dan binatang, eksekusi tahanan (noxii), pertarungan
air (naumachiae) dengan cara membanjiri arena, dan pertarungan antara gladiator
(munera). Selama ratusan tahun itu, diperkirakan ribuan orang maupun binatang
mati di pertunjukkan Koloseum.
Sejarah penamaan
Nama dari Koloseum seperti pada di atas diambil dari nama sebuah patung
setinggi 130 kaki atau 40 m, Colossus. Patung Colossus dibuat ulang sebagai
pengganti Nero sebagai perumpamaan dari Sol dewa matahari, dengan menambahkan
mahkota matahari. Di waktu pertengahan tahun, patung colossus telah menghilang.
Seorang ahli mengatakan bahwa sejak patung itu terbuat dari tembaga, patung itu
telah dileburkan untuk digunakan kembali.
Selain diambil dari nama Koloseum, Koloseum juga disebut sebagai Flavian Amphitheatre
yang tidak diketahui siapa yang memberi nama itu. Di Itali, Koloseum diberi
nama il colosseo tapi bahasa Roma lainnya menggunakan nama le colisée dan el
coliseo untuk menyebutkan Colosseum.
Deskripsi
Koloseum berukuran cukup besar. Dengan tinggi 48 m, panjang 188 m, lebar
156 m dan luas seluruh bangunan sekitar 2.5 ha membuat Koloseum terlihat begitu
besar dan luas. Arenanya terbuat dari kayu berukuran 86 m x 54 m, dan tertutup
oleh pasir. Bentuk elips atau bulat dari Koloseum gunanya untuk mencegah para
pemain untuk kabur ke arah sudut dan mencegah para penonton untuk berada lebih
dekat dengan pertunjukan.
Koloseum merupakan hasil karya yang sangat hebat. Tempat itu dikatakan
sebagai stadium yang hebat dan spektakuler dikarenakan oleh bentuk dan struktur
dari Koloseum itu. Sampai sekarang pun, Koloseum masih dikatakan sebagai
stadion yang hebat dan spektakuler. Tempat duduk di Koloseum dibagi menjadi
tingkatan-tingkatan yang berbeda berdasarkan status sosial dalam masyarakat
Romawi.
Podium utama yang terletak di bagian utara dan selatan untuk Kaisar dan
keluarganya, pada tempat ini memberikan pemandangan yang terbaik dilihat dari
arena, terdapat tempat istirahatnya, tempat penyimpanan harta juga berada di
tingkat ini. Kemudian pada tingkat yang sama dengan platform yang lebih luas
merupakan podium khusus untuk para senator Roman, yang boleh membawa kursi
sendiri. Nama-nama beberapa senator masih dapat dilihat dari ukiran pada batu
yang menjadi tempat duduknya.
Pada tingkat berikutnya disebut maenianum primum, yang dikhususkan untuk
para bangsawan Roman. Selanjutnya pada tingkat ketiga adalah maenianum secundum
yang dibagi-bagi lagi menjadi tiga bagian. Bagian paling bawah (immum)
digunakan untuk para orang kaya, di bagian atasnya lagi (summum), digunakan
untuk rakyat jelata. Dan yang terakhir, di bagian kayu (maenianum secundum in
legneis) adalah tempat yang strukturnya dari kayu di paling atas bangunan.
Tempat itu merupakan tempat untuk berdiri saja yang digunakan untuk para wanita
rendahan.
Setelah 2 tahun Koloseum digunakan sebagai tempat pertunjukan, Anak termuda
Vespasian yang bernama Domitian memerintahkan untuk mengkonstruksikan area
bawah tanah (hypogeum), dua tingkat jalur bawah tanah yang saling berhubungan
berupa terowongan dan kurungan dimana para gladiator dan binatang ditempatkan
sebelum pertarungannya dimulai. Disana juga disediakan jebakan-jebakan berupa
pintu jebakan yang digunakan untuk mencegah masuknya hewan-hewan buas yang
tidak direncanakan ke arena dan untuk menjaga tempat penyimpanan senjata di
dalam koloseum tersebut.
Sejarahnya kemudian
Koloseum masih digunakan sampai tahun 217, meskipun telah rusak kebakaran
karena disambar petir. Koloseum telah diperbaiki pada tahun 238 dan permainan
gladiator berlanjut sampai umat kristen secara berangsur-angsur menghentikan
permainan tersebut karena terlalu banyak memakan korban jiwa.
Bangunan tersebut digunakan untuk menyimpan berbagai macam jenis binatang
sampai pada tahun ke 524. Dua gempa bumi pada tahun 442 dan 508 menyebabkan
kerusakan yang parah pada bangunan tersebut. Di Abad pertengahan, Koloseum
rusak sangat parah akibat gempa bumi lagi yakni pada tahun 847 dan 1349 dan
dijadikan sebagai benteng dan sebuah gereja juga didirikan disana.
Banyak batu marmer digunakan untuk melapisi dan membangun kembali bagian-bagian
Koloseum yang telah rusak karena terbakar. Pada abad 16 dan 17,
keluarga-keluarga Roman menggunakan Koloseum sebagai tempat pengambilan batu
marmer untuk konstruksi bangunan St. Peter’s Basilica dan kediaman khusus
palazzi, keluarga Roman.
Pada tahun 1749, ada sebuah bentuk dari pemeliharaan Koloseum. Paus Benediktus XIV melarang untuk menggunakan Koloseum sebagai tempat penambangan. Pada tahun 2000 ada sebuah protes keras di Itali dalam rangka menentang penggunaan hukuman mati untuk negara-negara di seluruh dunia (di Italia, hukuman mati dihapuskan pada tahun 1948). Beberapa demonstran memakai tempat di depan Koloseum. Sejak saat itu, sebagai sebuah isyarat menentang kapitalis tersebut, penduduk lokal mengganti warna Koloseum di malam hari dari putih menjadi emas dengan menggunakan penerangan berupa lilin dan lampu neon sampai pada saat dimana seluruh dunia menghapuskan tindakan penghukuman mati itu
Pada tahun 1749, ada sebuah bentuk dari pemeliharaan Koloseum. Paus Benediktus XIV melarang untuk menggunakan Koloseum sebagai tempat penambangan. Pada tahun 2000 ada sebuah protes keras di Itali dalam rangka menentang penggunaan hukuman mati untuk negara-negara di seluruh dunia (di Italia, hukuman mati dihapuskan pada tahun 1948). Beberapa demonstran memakai tempat di depan Koloseum. Sejak saat itu, sebagai sebuah isyarat menentang kapitalis tersebut, penduduk lokal mengganti warna Koloseum di malam hari dari putih menjadi emas dengan menggunakan penerangan berupa lilin dan lampu neon sampai pada saat dimana seluruh dunia menghapuskan tindakan penghukuman mati itu
Diambil dari berbagai sumber.
9. CHICHEN ITZA
Merupakan peninggalan arkeologi suku Maya di Meksiko yang paling lengkap
serta masih terawat dengan baik. Menurut buku budaya suku Maya dari Chilam
Balam, kompleks candi ini dibangun antara tahun 502-522 Masehi. Suku Maya hanya
menempatinya selama 200 tahun, kemudian mereka berpindah ke daerah pantai di
Campeche. Itza merupakan titik sentral kompleks bangunan lainnya seperti
Piramida Kukulcan, Candi Chac Mool, dan bangunan Seribu Tiang.
Chichén Itzá (pengucapan: /tʃiːˈtʃɛn iːˈtsɑː/); adalah suatu Situs Peradaban Maya di Meksiko
pada abad 800 SM. Piramida Kukulcan di
kompleks situs bersejarah ini dipercaya sebagai pusat kegiatan politik dan
ekonomi peradaban bangsa Maya yang terletak di Semenanjung Yucatan (kini
wilayah Meksiko). tza merupkan titik
sentral kompleks bangunan lainnya seperti Piramida Kukulcan, Candi Chac Mool,
dan bangunan Seribu Tiang
Pusat kebudayaan Suku Maya
Candi Chichen Itza merupakan peninggalan arkeologi suku Maya yang paling
lengkap serta masih terawat dengan baik. Situs peradaban Maya di Meksiko ini,
pada 7 Juli 2007, terpilih sebagai salah satu dari tujuh keajaiban dunia hasil
pilihan 100 juta orang via email dan sms (layanan pesan singkat) yang diadakan
oleh Swiss Foundation.
Menurut buku budaya suku Maya dari Chilam Balam, kompleks candi ini
dibangun antara tahun 502-522 Masehi. Suku Maya hanya menempatinya selama 200
tahun, kemudian mereka berpindah ke daerah pantai di Campeche. Namun versi lain
mengatakan, Chichen Itza dibangun sekitar 800 tahun sebelum masehi. Piramida
Kukulcan di kompleks situs bersejarah ini dipercaya sebagai pusat kegiatan
politik dan ekonomi peradaban bangsa Maya yang terletak di Semenanjung Yucatan
(kini wilayah Meksiko).
Itza merupakan titik sentral kompleks bangunan lainnya seperti Piramida
Kukulcan, Candi Chac Mool, dan bangunan Seribu Tiang.
Di candi Chichen Itza terdapat dua cenotes (sumur alami) yang dijadikan
tempat menaruh korban persembahan. Konon, suku Indian Maya yang mendiami kota
itu mempersembahkan jade, keramik, dan bahkan manusia untuk dimasukkan dalam
sumur itu. Persembahan itu diberikan saat kekeringan melanda. Persembahan
kadang-kadang berupa gadis-gadis muda untuk dimasukkan hidup-hidup ke dalam
sumur itu. Peran sumur itu begitu penting karena di Semenanjung Yukatan tidak
terdapat sungai. Satu-satunya sumber air ketika kekeringan melanda adalah dari
sumur-sumur itu.
Nama Chichen Itza pun berarti di bibir mata air rakyat dalam bahasa Indian
setempat. Dengan demikian, Chichen Itza berkembang menjadi pusat pemerintahan
dan ekonomi kebudayaan Maya.
Konon, Chichen Itza merupakan simbol pemujaan dan ilmu pengetahuan. Chichen
Itza didirikan raja suku Toltec bernama Quetzalcoatl yang datang ke Semenanjung
Yukatan bersama pasukannya. Saat itu suku Maya sudah berdiam di daerah
tersebut, kemudian bersama-sama suku Toltec, mulai membangun berbagai kuil yang
menyerupai piramid. Dengan demikian, periode puncak dari Chichen Itza merupakan
campuran kebudayaan Toltec dan Maya.
Salah satu kuil terbesar yang didirikan adalah Kukulkan. Berdasarkan
legenda Maya, Kukulkan merupakan Dewa Ular Berambut jelmaan dari Quetzalcoatl.
Kuil Kukulkan berupa piramid bertangga, dengan teras-teras. Di setiap sisi
piramid segi empat itu terdapat anak tangga menuju puncak. Di puncak terdapat
jalan masuk menuju ruangan Mahkota Batu Jaguar Raja Kukulkan, yang dicat merah
dan bintik-bintik hijau lumut.
Di Chichen Itza ini juga terdapat sebuah lapangan permainan yang mirip
dengan permainan bola basket masa kini. Permainan 'pok ta pok' yakni
melemparkan bola melewati sebuah lingkaran di dinding 7 meter di atas tanah.
Kapten dari tim yang pertama kali berhasil menembakkan bola akan dipenggal
kepalanya sebagai persembahan untuk dewa-dewa.
Pada tahun 1221, pemberontakan pecah. Atap-atap kayu, pasar dan kuil-kuil
ksatria dibumihanguskan. Kekuasaan atas Yukatan pun berpindah ke Mayapan,
sampai penakluk Spanyol datang.
Kompleks candi ini cukup luas dan tiap candi saling terpisah dengan yang
lainnya. Di tengah-tengah berdiri candi El Castilo (Istana) yang selesai
direnovasi. Bentuknya piramid, hanya atapnya tumpul. Melihat candi El Castilo
mengingatkan kita pada candi Sukuh di Karanganyar, Solo. Kedua candi ini
seperti saudara kembar.Keistimewaan candi El Castilo adalah undak-undakan
menuju atas candi. Setiap tanggal 21Maret dan 23 September antara siang dan
malam sama lamanya. Pada saat itu di siang hari, undak-undakan candi tertutup
bayangan. Sehingga mata kita tertipu, seolah-olah ada banyak ular naik candi.
Namun hari berikutnya pada waktu yang sama akan tampak seolah-olah ular itu
turun undak-undakan.
Di sekitar kompleks candi terdapat patung yang bernama Red Jaguar. Menurut
uskup Landa, di tempat inilah sering diadakan upacara korban. Korbannya terdiri
dari macan tutul (Jaguar), kura-kura, ayam kalkun, anjing atau semua jantung
binatang. Bahkan kadang korbannya juga manusia.
Di sekitar kompleks candi ditemukan pula delapan patung Chac Mool. Patung
berbentuk manusia dengan posisi duduk menengadah. Kedua tanggannya sedang
memegang sesaji dan kepalanya menoleh ke arah kiri. Chac Mool untuk memuja dewa
hujan.
Masih di kompleks Chichen Itza terdapat dua tembok yang sama tingginya.
Arena di antara dua tembok itu dipakai suku Maya untuk bermain bola.
Dimungkinkan bola itu dibuat dari karet, mengingat di sekitar daerah itu tumbuh
pohon karet. Tak hanya suku Maya yang senang bermain bola, namun juga suku
Zapotek
Mirip di Indonesia
Yang cukup mengejutkan lagi adalah buku An overview of the MAYAN world
karangan Prof Gualberto Zapata Alonzo, terbit di Merida, Yucatan, Mexico, tahun
2002. Prof Alonzo menyebutkan, seni dan kesadaran beragama suku Maya ada
kemiripan dengan di Indochina dan Indonesia. Candi Tikal di Guatemala ada
kesamaan dengan piramid Naksei Chan Crong di Angkor, Kamboja. Candi di
Palenque, Meksiko ada kemiripan dengan candi Ajanta di India. Simbol-simbol
agama dan mitos binatang suku Maya mirip dengan di Jawa dan Asia Tenggara.
Dalam Mahabharata dan Ramayana terdapat suku dengan panggilan Maya.
Pada agama Hindu terdapat pula dewa bernama Maya. Masih pada buku di atas
disebutkan, pada tahun 1973 Prof. Alonzo dapat tugas mengantar para peneliti
antropolog ke Chiapas. Salah satu anggota peneliti itu ada mahasiswa Jepang
program postgraduate bernama Yutaca Yanome.
Ignacio Magaloni Duarte menulis buku berjudul Pendidik Dunia (Educadores
del Mundo) yang terbit tahun 1968. Duarte membuktikan, bahwa suku Maya pernah
hidup di dekat negeri timur jauh, antara lain Jepang, Tiongkok, India, dan
Mesir. Duarte menyebut, suku Maya saat datang ke India disebut Naga, kemudian
berganti sebutan Danava dengan ibu kota Nagapur. Valmiki pada abad 6 menulis Ramayana dengan
menyebut orang-orang Naga-Maya. Kemudian orang-orang ini tinggal di Tibet,
Babylon, Acadia, dan Mesir. Duarte meyakinkan lagi dengan perbandingan antara
angka-angka Naga dan Maya dari nomor 1 sampai 10 mempunyai ucapan yang mirip.
Angka-angka Maya: 1:Hun, 2:Ca, 3:Ox, 4:Can, 5:Ho, 6:Uc, 7:Uac, 8:Uaxac,
9:Bolom, 10:Lahun.
Angka-angka Naga: 1:Hun, 2:Cas, 3:Ox, 4:San, 5:Ho, 6:Usac, 7:Uac, 8:Uaxax,
9:Bolam, 10:Lahun.
Tak hanya di situ kemiripan kedua budaya bangsa Asia dan suku Maya. Namun
dalam arsitektur juga ada hubungan yang erat, terutama konsep piramid.
Sumber wikipedia.org
10. BAALBEK
Sebuah karya besar orang zaman dahulu, candi Baalbek namanya. Atau sering
disebut The Temple of Jupiter. Terletak disebelah selatan 86 km kota
Beirut Libanon. Baalbek adalah sebuah
bangunan raksasa yang sangat misterius. Dikatakan misterius berkaitan dengan cara peletakan/pemasangan
ukiran batu besar seberat 125 ton diatas tiang setinggi sekitar 20 meter, dan
masing-masing tiang punya berat 100 ton. Ketika candi ini masih utuh
diperkirakan langit-langit atau atap candi
berketinggian sampai 20 meter sama dengan tinggi tiang itu sendiri.
Baalbek sering juga disebut dewa matahari oleh kaum phonichian Romawi kuno. Berpuluh-puluh ilmuwan dunia dari waktu ke waktu tak pernah ada yang bisa menjawab teka-teki Baalbek stone ini. Siapa sebenarnya yang membangun, untuk apa dan dengan tekhnologi apa mereka bisa membangun proyek raksasa kala itu
Batu kotak tersebut terletak tidak jauh dari bangunan Baalbek. Batu olahan itu
diduga sebagai tempat olahan batu untuk pembangunan Baalbek. Batu itu itu
berukuran 21,5 x 4,2 m dengan berat diperkirakan mecapai 1500 ton. Ini
merupakan batu olahan terbesar didunia. Mengolah batu sebesar itu masih
dianggap mimpi bagi manusia jaman sekarang walau dengan alat canggih apapun.
Tapi ini terbukti, zaman prasejarah dahulu pernah ada tekhnologi luar biasa
yang melebihi masanya. Belum jika kita bicara darimana mereka dapat batu- batu
sebesar itu padahal di sekitar Baalbek
sendiri tak ada batu tambang sebesar itu.
Para peneliti juga memastikan bahwa
batu itu hasil impor dari dari daerah lain. Tapi para penelitipun tak habis
pikir bagaimana cara membawanya. Kalaupun toh bisa diseret, bagaiman ketika
menyeberang sungai karena daerah terdekat yang diperkirakan ada tambang batu
sebesar itu masih dalam radius lebih dari seratus kilo dan melewati banyak
sungai.
Andai saja manusia pada zaman itu setinggi pohon kelapa dengan lebar badan
2-3 m lalu 10 orang bekerja sama
mengangkat batu itu, barulah mungkin
batu itu bisa bergerak dan terangkat, namun keberadaan manusia raksasa
itupun masih sangat diragukan karena
berbagai penemuan fosil manusia yang telah beumur puluhan ribu tahun juga tidak
sebesar itu. Penelitian lain ada dikatakan, kemungkinan saja grafitasi bumi
pada masa ribuan tahun yang lalu tidak sekuat grafitasi pada masa sekarang
sehingga pada titik grafitasi yang rendah menjadikan ringan membawa beban berat
seberat apapun. Setelah zaman kian kedepan grafitasi kian menguat dan bebanpun
kian berat.
Olahan batu yang dilakukan pada zaman Baalbek atau yang sezaman dengannya
semuanya memang menggunakan olahan batu besar seperti pramid, spink dan lain
sebagainya. tapi berbeda ketika pengerjaan batu pada zaman candi borobudur atau
yang sezaman dengannya. Pengolahan batu di zaman ini sudah agak mengecil, tidak
terlalu menggunakan batu-batu besar,
berbeda lagi hingga zaman sekarang. Namun penelitian macam ini bisa saja
dianggap omong kosong karena tanpa data ilmiah tentang perubahan grafitasi
bumi. Kalaupun toh benar, maka manusia saat itu akan sulit berjalan karena
dalam grafitasi yang rendah semua benda cenderung akan melayang-layang. Atau
mungkinkah manusia pada kala itu telah mempunyai alat anti grafitasi? Wallahu
a’lam.
Penelitian-demi penelitian selalu berakhir dengan kegagalan, tak satupun
peneliti dunia hingga kini mampu menjawabnya.
Penelitian kemudian sering diarahkan pada hal-hal yang irasional.
Sebagian meyakinkan bahwa pengerjaan Baalbek, Piramid atau Spink dibantu oleh mahluk luar angkasa yang disebut
dengan Alien. Mereka mendasarkan bahwa ornamen atau relief yang terdapat di
dalam pyramid ada gambar semacam pesawat terbang atau gambar manusia angkasa
luar, hal ini dikaitkan pula dengan banyaknya legenda-legenda seperti legenda
pewayangan di India yang disitu digambarkan adanya mahluk dari kayangan dan
sebagainya. Atau mungkin cerita bandung bondowoso yang bisa bikin seribu arca
dalam satu malam yang salah satunya adalah arca Rorojonggrang.
Bagaimana sikap kita dalam hal ini ? kalau soal miterius banyak sekali dalam
Islam, karena islam itu ilmiah dalam tatanan syariat, dan supra rasional ketika
kita bicara mukjizat. Yang misterius
dalam Baalbek adalah soal penataan dan angkat batu seberat 1500 ton bagaimana caranya, teknologi
apa yang digunakan saat itu, padahal ada
yang lebih hebat dari itu, yaitu kerajaan Ratu Bilqis diceritakan telah pindah
dari tempat asal kedekat kerajaan Nabi
Sulaiman dalam radius puluhan kilo meter. Siapa yang memindah, dijelaskan dalam
cerita, yang memindah adalah para jin pembantu Nabi Sulaiman. Nabi Isa pernah
menghidupkan orang mati, Nabi Agung Muhammad Saw pernah Isro’ dari masjidil
haram ke masjidil Aqsa palestina yang jaraknya kira-kira 12 jam PP jika
ditempuh dengan pesawat terbang, namun
bisa saja ditempuh dalam sekecap di
waktu malam. Nabi musa pernah membelah laut merah ketika dikejar Raja Firaun,
dan masih banyak lagi contoh-contoh lainnya, toh kita tetap saja percaya karena
berkeyakinan adanya mukjizat dalam diri para Nabi merupakan bagian dari aqidah.
Orang kafirpun punya kekuatan luar biasa yang datangnya dari jin/syetan yang
kemudian masuk kategori istidroj, sehingga akal kita memang tak bisa menjangkau
karena akal senantiasa berpijak pada sebab akibat atau hukum kausalitas.
Dengan demikian sah-sah saja kita condong pada penelitian bahwa Baalbek dibangun dengan bantuan mahluk lain yang tentu saja menurut kita ya para jin-jin itu, bukan alien, atau alien itu sendiri ya jenis jin itu, karena dalam Alquran ‘Man fissamaawat’(penduduk langit) itu jelas ada, mungkin jin mungkin juga malaikat. Maka boleh jadi pembangunan Baalbek, Piramid atau Spink dan yang sejenisnya itu dibantu makhluk lain yang beda demensi ruang dan waktu, walaupun tentu saja thesis ini tidak akan masuk dalam kategori penelitian ilmiah
Baalbek menurut Tafsir Assowi AlMaliki.
وان الياس لمن المرسلين# اذ قال لقومه الاتتقون# اتدعون
بعلا وتذرون احسن الخالقين
Artinya :
Dan ingatlah !, Ilyas adalah sebagian dari utusan # Dan katakanlah olehmu
Muhammad ketika Nabi Ilyas berkata pada kaumnya “hendaklah takut pada Allah” #
Apakah pantas kamu sekalian menyembah ba’al dan meninggalkan Allah sebaik-baik
pencipta. (Assoffat 123 – 125 ).
Baklabak
atau kini Baalbek berasal dari kata ba’lun dan bakun, dalam istilah nahwu
sering disebut tarkib mazji. Ba’lun adalah
nama berhala milik raja Arhab, terbuat dari emas yang tingginya 20 hasta
atau kira-kira 10 meter berkepala empat. Berhala ini oleh pemiliknya diberi
nama Ba’lun. Raja Arhab memaksakan rakyatnya agar menyembah Ba’lun atau Ba’al
yang kemudian rakyatpun seluruhnya menyembah Ba’al.
Berhala Ba’al
ini didalamnya dimasuki syetan sehingga bisa bicara dan mengajarkan
aturan-aturan yang menyesatkan. Isi pembicaraan Ba’al senantiasa disiarkan oleh penjaga atau juru
kuncinya kepada rakyat.
Disinilah
Nabi Ilyas keturunan Nabi Harun ditugaskan untuk menyampaikan dan mengajarkan
agama tauhid yaitu agama Allah.
Nabi Ilyas
adalah keturunan dari Yasin bin Fanhas bin izar bin Harun. Ajaran yang
disampaikan Nabi Ilyas tidak digubris. Semua rakyat menentangnya dan tetap saja
menyembah Ba’al, kecuali ratu Ba’labak
yang membenarkan ajaran Nabi Ilyas walau akhirnya murtad dan ingin membunuh
Nabi Ilyas. Nabi Ilyas dicari bertahun-tahun oleh ratu Ba’labak tapi tak
ketemu. Nabi Ilyas telah lari kehutan dan makan daun daunan selama tujuh tahun.
Adapun nama
Bakun adalah sebuah nama desa dimana seluruh penduduknya telah menyembah Ba’lun
atau Ba’al tersebut. Karena seluruh penduduk desa Bakun telah menyembah Ba’al
maka Baklabak menjadi isim alam yang kemudian desa tersebut kondang dengan nama
Ba’labak atau kini disebut Baalbek.
Melihat
cerita ini, mungkin saat itulah Baalbek didirikan. Atau mungkin jauh sebelumnya
Baalbek telah ada karena dilain keterangan yang juga masih dalam tafsir
tersebut disebutkan pula bahwa, kaum bani Isroil di negeri Syam sepeninggal
Nabi Musa telah banyak berbuat maksiyat, syirik dan menyembah berhala. Kemudian
Allah mengutus Nabi setelah Nabi musa yaitu Nabi Yusya’(Yasak) untuk
memperbaruhi agama Allah di negeri tersebut. Negeri Syam yang mayoritas
penduduknya Bani Isroil terbagi menjadi
beberapa bagian dan salahsatu wilayah
yang menjadi sasaran dakwah Nabi Yasak adalah sebuah kota bernama Baklabak atau Baalbek.
Kalau
menurut cerita ini, itu berarti di zaman Nabi Yasak-pun Baalbek sudah ada.
Dengan demikian ada kemungkinan Baalbek
ini dibangun pada zaman Nabi Musa yaitu pada zaman Fir’aun atau Ramses II,
atau bahkan masih mungkin juga
Baalbek ini dibangun pada zaman Nabi Ibrahim karena pada zaman ini peradaban
manusia mulai menciptakan banyak berhala
termasuk Nabi Ibrohim sendiri penghancur berhala-berhala raja Namruj. Jika Baalbek dibangun pada zaman Nabi Ibrahim
rupanya Baalbek ini benar-benar sudah tua lebih dari enam ribu tahun yang lalu.
Menurut
catatan sejarah, Baalbek mengalami
kehancuran sampai 6o persen yang kini tinggal reruntuhan itu akibat gempa hebat
yang terjadi di zaman khalifah Umayah dan Abassiyah. Tapi mungkin juga Baalbek
ini hancur karena lahirnya Nabi Agung Muhamad SAW, karena adanya nas-nas hadits
yang menyatakan bahwa, pada saat Nabi Muhamad lahir, api tempat penyembahan
orang-orang majusi yang telah berumur ratusan tahun mati seketika, dan semua
berhala-berhala yang menjadi sesembahan orang-orang yahudi seluruhnya hancur,
walau hukum alamnya mungkin adanya gempa hebat. Tapi ini semua juga hanya
kemungkinan dengan dasar bahwa, masa khalifah Bani Umayah dan masa Rosulullah
bukanlah waktu yang terlampau jauh.
Diambil dari berbagai sumber.
11. ATLANTIS
Atlantis, Atalantis atau Atlantika
(bahasa Yunani: Ἀτλαντὶς νῆσος, "pulau Atlas") adalah pulau
legendaris yang pertama kali disebut oleh Plato dalam buku Timaeus dan Critias.
Dalam catatannya, Plato menulis bahwa Atlantis terhampar "di seberang
pilar-pilar Herkules", dan memiliki angkatan laut yang menaklukkan Eropa
Barat dan Afrika 9.000 tahun sebelum waktu Solon, atau sekitar tahun 9500 SM.
Setelah gagal menyerang Yunani, Atlantis tenggelam ke dalam samudra "hanya
dalam waktu satu hari satu malam".
Atlantis umumnya dianggap sebagai mitos yang dibuat oleh Plato untuk
mengilustrasikan teori politik. Meskipun fungsi cerita Atlantis terlihat jelas
oleh kebanyakan ahli, mereka memperdebatkan apakah dan seberapa banyak catatan
Plato diilhami oleh tradisi yang lebih tua. Beberapa ahli mengatakan bahwa
Plato menggambarkan kejadian yang telah berlalu, seperti letusan Thera atau
perang Troya, sementara lainnya menyatakan bahwa ia terinspirasi dari peristiwa
kontemporer seperti hancurnya Helike tahun 373 SM atau gagalnya invasi Athena
ke Sisilia tahun 415-413 SM.
Masyarakat sering membicarakan keberadaan Atlantis selama Era Klasik, namun
umumnya tidak memercayainya dan kadang-kadang menjadikannya bahan lelucon.
Kisah Atlantis kurang diketahui pada Abad Pertengahan, namun, pada era modern,
cerita mengenai Atlantis ditemukan kembali. Deskripsi Plato menginspirasikan
karya-karya penulis zaman Renaissance, seperti "New Atlantis" karya
Francis Bacon. Atlantis juga memengaruhi literatur modern, dari fiksi ilmiah
hingga buku komik dan film. Namanya telah menjadi pameo untuk semua peradaban
prasejarah yang maju (dan hilang).
Catatan plato
Dua dialog Plato, Timaeus dan Critias,
yang ditulis pada tahun 360 SM, berisi referensi pertama Atlantis. Plato tidak
pernah menyelesaikan Critias karena alasan yang tidak diketahui; namun, ahli
yang bernama Benjamin Jowett, dan beberapa ahli lain, berpendapat bahwa Plato
awalnya merencanakan untuk membuat catatan ketiga yang berjudul Hermocrates.
John V. Luce mengasumsikan bahwa Plato—setelah mendeskripsikan asal usul dunia
dan manusia dalam Timaeus, dan juga komunitas sempurna Athena kuno dan
keberhasilannya dalam mempertahankan diri dari serangan Atlantis dalam
Critias—akan membahas strategi peradaban Helenik selama konflik mereka dengan
bangsa barbar sebagai subjek diskusi dalam Hermocrates.
PLATO |
Empat tokoh yang muncul dalam kedua
catatan tersebut adalah politikus Critias dan Hermocrates dan juga filsuf
Socrates dan Timaeus, meskipun hanya Critias yang berbicara mengenai Atlantis.
Walaupun semua tokoh tersebut merupakan tokoh bersejarah (hanya tiga tokoh
pertama yang dibawa), catatan tersebut mungkin merupakan karya fiksi Plato.
Dalam karya tertulisnya, Plato menggunakan dialog Socrates untuk mendiskusikan
posisi yang saling berlawanan dalam hubungan prakiraan.
Timaeus
Timaeus dimulai dengan pembukaan, diikuti
dengan catatan pembuatan dan struktur alam semesta dan peradaban kuno. Dalam
bagian pembukaan, Socrates merenungkan mengenai komunitas yang sempurna, yang
dideskripsikan dalam Republic karya Plato, dan berpikir apakah ia dan tamunya
dapat mengingat sebuah cerita yang mencontohkan peradaban seperti itu.
Pada buku Timaeus, Plato berkisah:
“ Di hadapan Selat Mainstay Haigelisi, ada sebuah pulau yang sangat besar, dari sana kalian dapat pergi ke pulau lainnya, di depan pulau-pulau itu adalah seluruhnya daratan yang dikelilingi laut samudera, itu adalah kerajaan Atlantis. Ketika itu Atlantis baru akan melancarkan perang besar dengan Athena, namun di luar dugaan, Atlantis tiba-tiba mengalami gempa bumi dan banjir, tidak sampai sehari semalam, tenggelam sama sekali di dasar laut, negara besar yang melampaui peradaban tinggi, lenyap dalam semalam. ”
critias
Critias menyebut kisah yang diduga
sejarah yang akan memberikan contoh sempurna, dan diikuti dengan deskripsi
Atlantis. Dalam catatannya, Athena kuno mewakili "komunitas sempurna"
dan Atlantis adalah musuhnya, mewakili ciri sempurna sangat antitesis yang
dideskripsikan dalam Republic. Critias mengklaim bahwa catatannya mengenai
Athena kuno dan Atlantis berhaluan dari kunjungan ke Mesir oleh penyair Athena,
Solon pada abad ke-6 SM. Di Mesir, Solon bertemu pendeta dari Sais, yang
menerjemahkan sejarah Athena kuno dan Atlantis, dicatat pada papiri di heroglif
Mesir, menjadi bahasa Yunani. Menurut Plutarch, Solon bertemu dengan
"Psenophis Heliopolis, dan Sonchis Saite, yang paling dipelajari dari
semua pendeta" (Kehidupan Solon). Karena jarak 500 tahun lebih antara
Plutarch dan peristiwa yang bersifat sebagai alasan atau dalih, dan karena
informasi ini tidak ada pada Timaeus dan Critias, identifikasi ini
dipertanyakan.
Menurut Critias, dewa Helenik membagi
wilayah sehingga tiap dewa dapat memiliki; Poseidon mewarisi wilayah pulau
Atlantis. Pulau ini lebih besar daripada Libya kuno dan Asia Kecil yang
disatukan, tetapi akan tenggelam karena gempa bumi dan menjadi sejumlah lumpur
yang tak dapat dilewati, menghalangi perjalanan menyeberang samudra. Bangsa
Mesir mendeskripsikan Atlantis sebagai pulau yang terletak kira-kira 700
kilometer, kebanyakan terdiri dari pegunungan di wilayah utara dan sepanjang
pantai, dan melinkungi padang rumput berbentuk bujur di selatan
"terbentang dalam satu arah tiga ribu stadia (sekitar 600 km), tetapi di
tengah sekitar dua ribu stadia (400 km).
Wanita asli Atlantis bernama Cleito
(putri dari Evenor dan Leucippe) tinggal di sini. Poseidon jatuh cinta padanya,
lalu memperistri gadis muda itu dan melahirkan lima pasang anak laki-laki
kembar. Poseidon membagi pulau menjadi 10 wilayah yang masing-masing diserahkan
pada 10 anak. Anak tertua, Atlas, menjadi raja atas pulau itu dan samudra di
sekitarnya (disebut Samudra Atlantik untuk menghormati Atlas). Nama "Atlantis"
juga berasal dari namanya, yang berarti "Pulau Atlas".
Poseidon mengukir gunung tempat
kekasihnya tinggal menjadi istana dan menutupnya dengan tiga parit bundar yang
lebarnya meningkat, bervariasi dari satu sampai tiga stadia dan terpisah oleh
cincin tanah yang besarnya sebanding. Bangsa Atlantis lalu membangun jembatan
ke arah utara dari pegunungan, membuat rute menuju sisa pulau. Mereka menggali
kanal besar ke laut, dan di samping jembatan, dibuat gua menuju cincin batu
sehingga kapal dapat lewat dan masuk ke kota di sekitar pegunungan; mereka
membuat dermaga dari tembok batu parit. Setiap jalan masuk ke kota dijaga oleh
gerbang dan menara, dan tembok mengelilingi setiap cincin kota. Tembok
didirikan dari bebatuan merah, putih dan hitam yang berasal dari parit, dan
dilapisi oleh kuningan, timah dan orichalcum (perunggu atau kuningan).
Menurut Critias, 9.000 tahun sebelum
kelahirannya, perang terjadi antara bangsa yang berada di luar Pilar-pilar
Herkules (umumnya diduga Selat Gibraltar), dengan bangsa yang tinggal di dalam
Pilar. Bangsa Atlantis menaklukkan Libya sampai sejauh Mesir dan benua Eropa
sampai sejauh Tirenia, dan menjadikan penduduknya budak. Orang Athena memimpin
aliansi melawan kekaisaran Atlantis, dan sewaktu aliansi dihancurkan, Athena
melawan kekaisaran Atlantis sendiri, membebaskan wilayah yang diduduki. Namun,
nantinya, muncul gempa bumi dan banjir besar di Atlantis, dan hanya dalam satu
hari satu malam, pulau Atlantis tenggelam dan menghilang.
Catatan kuno lainnya
Selain Timaeus dan Critias, tidak
terdapat catatan kuno mengenai Atlantis, yang berarti setiap catatan mengenai
Atlantis lainnya berdasarkan dari catatan Plato.
Banyak filsuf kuno menganggap Atlantis
sebagai kisah fiksi, termasuk (menurut Strabo) Aristoteles. Namun, terdapat filsuf,
ahli geografi dan sejarawan yang percaya akan keberadaan Atlantis. Filsuf
Crantor, murid dari murid Plato, Xenocrates, mencoba menemukan bukti keberadaan
Atlantis. Karyanya, komentar mengenai Timaeus, hilang, tetapi sejarawan kuno
lainnya, Proclus, melaporkan bahwa Crantor berkelana ke Mesir dan menemukan
kolom dengan sejarah Atlantis tertulis dalam huruf heroglif.Plato tidak pernah
menyebut kolom tersebut. Menurut filsuf Yunani, Solon melihat kisah Atlantis
dalam sumber yang berbeda yang dapat "diambil untuk diberikan".
Bagian lain dari komentar abad ke-5
Proclus mengenai Timaeus memberi deskripsi geografi Atlantis. Menurut mereka,
terdapat tujuh pulau di laut tersebut pada saat itu, tanah suci untuk
Persephone, dan juga tiga lainnya dengan besar yang sangat besar, salah satunya
tanah suci untuk Pluto, lainnya untuk Ammon, dan terakhir di antaranya untuk
Poseidon, dengan luas ribuan stadia. Penduduknya—mereka menambah—memelihara
ingatan dari nenek moyang mereka mengenai pulau besar Atlantis yang pernah ada
dan telah berkuasa terhadap semua pulau di laut Atlantik dan suci untuk
Poseidon. Kini, hal tersebut telah ditulis Marcellus dalam Aethiopica".
Marcellus masih belum diidentifikasi.
Sejarawan dan filsuf kuno lainnya yang
memercayai keberadaan Atlantis adalah Strabo dan Posidonius.
Catatan Plato mengenai Atlantis juga
telah menginspirasi beberapa imitasi parodik: hanya beberapa dekade setelah
Timaeus dan Critias, sejarawan Theopompus dari Chios menulis mengenai wilayah
yang disebut Meropis. Deskripsi wilayah ini ada pada Buku 8 Philippica, yang
berisi dialog antara Raja Midas dan Silenus, teman dari Dionysus. Silenus
mendeskripsikan Bangsa Meropid, ras manusia yang tumbuh dua kali dari ukuran
tubuh biasa, dan menghuni dua kota di Pulau Meropis : Eusebes (Εὐσεβής,
"kota Pious") dan Machimos (Μάχιμος, "kota-Pertempuran").
Ia juga melaporkan bahwa angkatan bersenjata sebanyak sepuluh juta tentara
menyeberangi samudra untuk menaklukkan Hyperborea, tetapi meninggalkan proposal
ini ketika mereka menyadari bahwa bangsa Hyperborea adalah bangsa terberuntung
di dunia. Heinz-Günther Nesselrath menyatakan bahwa cerita Silenus merupakan
jiplakan dari kisah Atlantis, untuk alasan membongkar ide Plato untuk mengejek.
Zoticus, seorang filsuf Neoplatonis pada
abad ke-3, menulis puisi berdasarkan catatan Plato mengenai Atlantis.
Sejarawan abad ke-4, Ammianus
Marcellinus, berdasarkan karya Timagenes (sejarawan abad ke-1 SM) yang hilang,
menulis bahwa Druid dari Galia mengatakan bahwa sebagian penduduk Galia
bermigrasi dari kepulauan yang jauh. Catatan Ammianus dianggap oleh sebagian
orang sebagai klaim bahwa ketika Atlantis tenggelam, penduduknya mengungsi ke
Eropa Barat; tetapi Ammianus mengatakan bahwa “Drasidae (Druid) menyebut
kembali bahwa sebagian dari penduduk merupakan penduduk asli, tetapi lainnya
juga bermigrasi dari kepulauan dan wilayah melewati Rhine" tanda bahwa imigran datang ke Galia dari
utara dan timur, tidak dari Samudra Atlantik.
Risalah Ibrani mengenai perhitungan
astronomi pada tahun 1378/79, yang merupakan parafrase karya Islam awal yang
tidak diketahui, menyinggung mitologi Atlantis dalam diskusi mengenai penentuan
titik nol kalkulasi garis bujur.
catatan modern
Novel Francis Bacon tahun 1627, The New
Atlantis (Atlantis Baru), mendeskripsikan komunitas utopia yang disebut
Bensalem, terletak di pantai barat Amerika. Karakter dalam novel ini memberikan
sejarah Atlantis yang mirip dengan catatan Plato. Tidak jelas apakah Bacon
menyebut Amerika Utara atau Amerika Selatan.
Novel Isaac Newton tahun 1728, The
Chronology of the Ancient Kingdoms Amended (Kronologi Kerajaan Kuno
Berkembang), mempelajari berbagai hubungan mitologi dengan Atlantis.
Pada pertengahan dan akhir abad ke-19,
beberapa sarjana Mesoamerika, dimulai dari Charles Etienne Brasseur de
Bourbourg, dan termasuk Edward Herbert Thompson dan Augustus Le Plongeon,
menyatakan bahwa Atlantis berhubungan dengan peradaban Maya dan Aztek.
Pada tahun 1882, Ignatius L. Donnelly
mempublikasikan Atlantis: the Antediluvian World. Karyanya menarik minat banyak
orang terhadap Atlantis. Donnelly mengambil catatan Plato mengenai Atlantis
dengan serius dan menyatakan bahwa semua peradaban kuno yang diketahui berasal
dari kebudayaan Neolitik tingginya.
Selama akhir abad ke-19, gagasan mengenai
legenda Atlantis digabungkan dengan cerita-cerita "benua hilang"
lainnya, seperti Mu dan Lemuria. Helena Blavatsky, "Nenek Pergerakan Era
Baru", menulis dalam The Secret Doctrine (Doktrin Rahasia) bahwa bangsa
Atlantis adalah pahlawan budaya (kontras dengan Plato yang mendeskripsikan
mereka sebagai masalah militer), dan "Akar Ras" ke-4, yang diteruskan
oleh "Ras Arya". Rudolf Steiner menulis evolusi budaya Mu atau Atlantis.
Edgar Cayce pertama kali menyebut Atlantis tahun 1923 dan nantinya menjelaskan
bahwa lokasi Atlantis berada di Karibia dan menyatakan bahwa Atlantis adalah
peradaban kuno yang jaya, memiliki kapal dan pesawat tempur yang menggunakan
energi dalam bentuk kristal energi misterius, dan telah tenggelam. Ia juga
memprediksi bahwa sebagian dari Atlantis akan naik ke permukaan tahun 1968 atau
1969. Jalan Bimini, yang ditemukan oleh Dr. J. Manson Valentine, merupakan
formasi batu tenggelam yang terlihat seperti jalan di sebelah utara Kepulauan
Bimini Utara. Jalan ini ditemukan pada tahun 1968 dan diklaim sebagai bukti
peradaban yang hilang dan kini masih diteliti.
Telah diklaim bahwa sebelum era
Eratosthenes tahun 250 SM, penulis Yunani menyatakan bahwa lokasi Pilar-pilar
Herkules berada di Selat Sisilia, namun tidak terdapat bukti yang cukup untuk
membuktikan hal tersebut. Menurut Herodotus (circa 430 SM), ekspedisi Finisi
telah berlayar mengitari Afrika atas perintah firaun Necho, berlayar ke selatan
Laut Merah dan Samudera Hindia dan bagian utara di Atlantik, memasuki kembali
Laut Tengah melalui Pilar Hercules. Deskripsinya di Afrika barat laut
menjelaskan bahwa ia melokasikan Pilar Hercules dengan tepat di tempat pilar
Hercules berada saat ini. Kepercayaan bahwa pilar Hercules yang telah
diletakkan di Selat Sisilia menurut Eratosthenes, telah dikutip dalam beberapa
teori Atlantis.
Ide Nasionalis
Konsep Atlantis menarik perhatian teoris
Nazi. Pada tahun 1938, Heinrich Himmler mengorganisasi pencarian di Tibet untuk
menemukan sisa bangsa Atlantis putih. Menurut Julius Evola (Revolt Against the
Modern World, 1934), bangsa Atlantis adalah manusia super (Übermensch)
Hyperborea—Nordik yang berasal dari Kutub Utara (lihat Thule). Alfred Rosenberg
(The Myth of the Twentieth Century, 1930) juga berbicara mengenai kepala ras
"Nordik-Atlantis" atau "Arya-Nordik".
Hipotesis terkini
Dengan teori continental drift secara
luas diterima selama tahun 1960-an, kebanyakan teori "Benua Hilang"
Atlantis mulai menyusut popularitasnya. Beberapa teoris terkini mengusulkan
bahwa elemen cerita Plato berasal dari mitologi awal.
hipotesis lokasi
Sejak Donnelly, terdapat lusinan-bahkan
ratusan-usulan lokasi Atlantis. Beberapa hipotesis merupakan hipotesis
arkeologi atau ilmiah, sementara lainnya berdasarkan fisika atau lainnya.
Banyak tempat usulan yang memiliki kemiripan karakteristik dengan kisah
Atlantis (air, bencana besar, periode waktu yang relevan), tetapi tidak ada
yang berhasil dibuktikan sebagai kisah sejarah Atlantis yang sesungguhnya.
Lokasi yang diusulkan kebanyakan berada
di sekitar Laut Tengah. Pulau seperti Sardinia, Kreta dan Santorini, Sisilia,
Siprus dan Malta; kota seperti Troya, Tartessos, dan Tantalus (di provinsi
Manisa), Turki; dan Israel-Sinai atau Kanaan. Letusan Thera besar pada abad
ke-17 atau ke-16 SM menyebabkan tsunami besar yang diduga para ahli
menghancurkan peradaban Minoa di sekitar pulau Kreta yang semakin meningkatkan
kepercayaan bahwa bencana ini mungkin merupakan bencana yang menghancurkan
Atlantis. Terdapat wilayah di Laut Hitam yang diusulkan sebagai lokasi
Atlantis: Bosporus dan Ancomah (tempat legendaris di dekat Trabzon). Sekitar
Laut Azov diusulkan sebagai lokasi lainnya tahun 2003. A. G. Galanopoulos menyatakan bahwa skala
waktu telah berubah akibat kesalahan penerjemahan, kemungkinan kesalahan
penerjemahan bahasa Mesir ke Yunani; kesalahan yang sama akan mengurangi besar
Kerajaan Atlantis Plato menjadi sebesar pulau Kreta, yang meninggalkan kota
dengan ukuran kawah Thera. 900 tahun sebelum Solon merupakan abad ke-15 SM.
Beberapa hipotesis menyatakan Atlantis
berada pada pulau yang telah tenggelam di Eropa Utara, termasuk Swedia (oleh
Olof Rudbeck di Atland, 1672–1702), atau di Laut Utara. Beberapa telah
mengusulkan Al-Andalus atau Irlandia sebagai lokasi. Kepulauan Canary juga
dinyatakan sebagai lokasi yang mungkin, sebelah barat selat Gibraltar tetapi
dekat dengan Laut Tengah. Berbagai kepulauan di Atlantik juga dinyatakan
sebagai lokasi yang mungkin, terutama Kepulauan Azores. Pulau Spartel yang
telah tenggelam di selat Gibraltar juga telah diusulkan.
Antarktika, Indonesia, di bawah Segitiga
Bermuda, dan Laut Karibia telah diusulkan sebagai lokasi Atlantis. Kisah benua
"Kumari Kandam" yang hilang di India telah menginspirasi beberapa
orang untuk menggambarkannya secara paralel dengan Atlantis. Menurut Ignatius
L. Donnelly dalam bukunya, Atlantis: The Antediluvian World, terdapat hubungan
antara Atlantis dan Aztlan (tempat tinggal nenek moyang suku Aztek). Ia
mengklaim bahwa suku Aztek menunjuk ke timur Karibia sebagai bekas lokasi
Aztlan.
Lokasi yang diduga sebagai lokasi
Atlantis adalah:
- Al-Andalus
- Kreta dan Santorini
- Turki
- Di dekat Siprus
- Timur Tengah
- Malta
- Sardinia
- Troya
- Antarktika
- Australia
- Kepulauan Azores
- Tepi Bahama dan Karibia
- Bolivia
- Laut Hitam
- Inggris
- Irlandia
- Kepulauan Canary dan Tanjung Verde
- Denmark
- Finlandia
- Indonesia
- Isla de la Juventud dekat Kuba
- Meksiko
- Laut Utara
- Estremadura, Portugal
- Swedia
Sumber: Wikipedia.org
penulis minta maaf bila msih banyak kekurangan dalam penyajian
Terima Kasih atas kunjungannya
No comments:
Post a Comment